Thursday, October 13, 2011

Contoh Proposal PTK

A. Judul Penerapan Metode Pembelajaran Group Investigation dengan Berbasis Mind Mapping untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS di Kelas V SD Negeri Gumawang 02 B. Bidang Kajian Peningkatan Hasil Belajar C. Pendahuluan 1. Latar Belakang Masalah Siswa merupakan subyek belajar. Bila diilustrasikan dalam sebuah perusahaan jasa, siswa adalah pelanggan. Pelanggan selalu mendapatkan tempat teratas dan penyedia layanan jasa harus berusaha semaksimal mungkin untuk memuaskan pelanggannya. Apabila perusahaan tidak memberikan layanan yang baik maka perusahaan akan merugikan pelanggan, pada akhirnya akan kehilangan kepercayaan dan ditinggalkan oleh para pelanggan. Ilustrasi tadi apabila kita refleksikan dalam pembelajaran di kelas menempatkan siswa sebagai pihak yang superior. Kegagalan dalam pembelajaran akan merugikan siswa, mengecewakan masyarakat serta akan mengundang keprihatinan terhadap fungsi sekolah sebagai lembaga pendidikan. Tolok ukur keberhasilan suatu pembelajaran adalah munculnya perubahan perilaku sebagai akibat interaksi siswa dengan lingkungannya. Lingkungan bagi siswa di sekolah adalah kelas, sumber, media, sarana prasarana serta yang guru sebagai manager pembelajaran. Kompetensi guru dalam mengorganisasi pembelajaran akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Untuk mengetahui sejauh mana kegiatan pembelajaran berhasil dapat dilihat dari hasil evaluasi belajar siswa yang dapat ditampilkan berupa data kuantitatif. Apabila hasil belajar siswa berada di atas KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) maka kegiatan belajar dapat dikatakan berhasil, tetapi apabila hasil belajar siswa berada di bawah KKM maka kegiatan pembelajaran tersebut mengalami kegagalan atau pelaksanaannya kurang efektif dan bermakna. Sebagai guru kelas di SD Negeri Gumawang 02, penulis memiliki pengalaman empiris dan dapat mengidentifikasi langsung suatu proses pembelajaran yang berjalan tidak efektif. Dari sekian banyak mata pelajaran di SD, IPS merupakan mata pelajaran yang dari waktu ke waktu sebenarnya mengandung banyak permasalahan berkaitan dengan rendahnya hasil belajar. Rata-rata nilai IPS di kelas V SD Negeri Gumawang 02 dari hasil Ujian Akhir semester I tahun pelajaran 2009/2010 adalah 59 dengan KKM 55. Hasil belajar tersebut jauh lebih rendah dibandingkan dengan nilai rata-rata mata pelajaran lain seperti Matematika (rata-rata 71), Bahasa Indonesia (rata-rata 75) dan IPA (rata-rata 77). Rendahnya nilai mata pelajaran IPS ternyata sudah berlangsung dari waktu ke waktu dan tidak hanya di jumpai di SD Negeri Gumawang 02 saja. Dari pengalaman mengajar dan dari beberapa perbincangan dengan beberapa guru didapatkan informasi bahwa salah satu kesulitan dalam kegiatan pembelajaran IPS adalah bahwa IPS memiliki materi yang luas, abstrak dan komplek mencakup ilmu ekonomi, sosialogi, geografi dan sejarah. Kenyataan ini menimbulkan kesulitan bagi guru dalam mendesain pembelajaran yang efektif. Sebagai contoh ketika mengajarkan tentang Konsep Ekonomi, guru cenderung enggan untuk meramu pembelajaran yang lebih inovatif. Tendensi yang ada adalah penggunaan metode pembelajaran konvensional, teacher centered dengan ceramah yang membosankan siswa. Faktor guru sebagai penyelenggara pembelajaran memegang peranan penting terhadap keberhasilan kegiatan belajar siswa. Kemampuan dalam mendesain dan menerapkan pendekatan sesuai dengan kebutuhan dan keadaan merupakan salah satu tuntutan profesional seorang guru. Namun pada kenyataan di lapangan, inovasi pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar hanya dilakukan oleh sebagian kecil guru saja. Tidak dapat dipungkiri masih banyak guru yang belum menguasai berbagai model, pendekatan dan metode pembelajaran yang inovatif terutama adalah guru generasi lama dengan ijazah SPG dan D 2 Penyetaraan yang kurang melakukan update terhadap perkembangan di dunia pendidikan dan pemebelajaran. Rendahnya efektifitas kegiatan pembelajaran IPS merupakan masalah yang perlu segera dipecahkan dan bukan untuk ditutupi. Bila kita berani jujur fenomena yang terjadi adalah masih banyak guru yang berusaha menutupi kegagalan pembelajaran dengan melakukan perubahan pada nilai perolehan siswa dengan menuliskan nilai yang lebih tinggi. Manipulasi nilai tersebut biasa dikatakan sebagai pengkatrolan nilai. Fenomena ini tentunya merupakan masalah yang cukup ironis dan memprihatinkan bagi insan pendidik, karena apabila masalah pembelajaran IPS terus menerus belum terpecahkan maka pihak yang sangat dirugikan adalah siswa sebagai subyek belajar. Pada akhirnya siswa akan kesulitan dalam beradaptasi dengan materi di jenjang pendidikan berikutnya Terkait permasalahan rendahnya hasil IPS di SD Negeri Gumawang 02 maka penulis berusaha memberikan alternatif pemecahan masalah melalui penerapan salah satu model pembelajaran dari pendekatan pembelajaran cooperative learning yaitu metode belajar Group Investigation (investigasi kelompok) dengan teknik pencatatan berbasis Mind Mapping (peta pikiran) untuk meningkatkan hasil belajar IPS. Penerapan metode group investigation merupakan refleksi dari pentingnya pengelolaan pembelajaran yang inovatif dan efektif. Pembelajaran juga dikemas dengan model pencatatan berbasis mind mapping dengan asumsi proses pencatatan yang efektif akan membantu daya ingat siswa terhadap materi pelajaran yang dipelajari. Berdasarkan situasi tersebut maka penulis ingin mengetahui sejauh mana efektifitas penggunaan metode pembelajaran group investigation berbasis mind mapping terhadap peningkatan hasil belajar IPS di kelas V SD Negeri Gumawang 02. Apabila hasilnya nanti menunjukkan efektifitas penggunaan metode tersebut maka sudah seharusnya para guru tidak akan mengalami persoalan dalam mengelola pembelajaran IPS yang efektif dengan hasil belajar yang lebih memuaskan. Untuk itu maka penulis melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul: “Penerapan Metode Pembelajaran Group Investigation dengan Berbasis Mind Mapping untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS di Kelas V SD Negeri Gumawang 02” 2. Perumusan Masalah dan Pemecahan Masalah a. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian identifikasi masalah di atas, maka masalah dalam penelitian tindakan kelas ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah meningkatkan hasil belajar IPS melalui metode pembelajaran Group Investigation berbasis Mind Mapping di kelas V SD N Gumawang 02? 2. Bagaimanakah aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS dengan metode pembelajaran Group Investigation berbasis Mind Mapping di kelas V SD N Gumawang 02? b. Pemecahan Masalah Berdasarkan rumusan masalah di atas peneliti merencanakan pemecahan masalah melalui tahapan-tahapan pembelajaran Group Investigation yang dipadukan dengan pembuatan Mind Mapping sebagai berikut: 1. Seleksi topik, para siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya digambarkan lebih dulu oleh guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik maupun kemampuan akademik. 2. Merencanakan kerjasama, para siswa bersama guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari langkah a) diatas. 3. Implementasi, para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah b). pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan. 4. Analisis dan sintesis, para siswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah c) dan membuat Mind Mapp dengan langkah-langkah sebagai berikut: a Menentukan Central Topik yang akan dibuatkan MM-nya, untuk buku pelajaran Central Topik biasanya adalah judul buku atau judul bab yang akan dipelajari dan harus diletakkan ditengah kertas serta usahakan berbentuk image/gambar. b Membuat Basic Ordering Ideas – BOIs untuk Central Topik yang telah dipilih, BOIs biasanya adalah judul bab atau sub-bab dari buku yang akan dipelajari atau bisa juga dengan menggunakan 5WH (What, Why, Where, When, Who dan How). c Melengkapi setiap BOIs dengan cabang-cabang yang berisi data-data pendukung yang terkait. Langkah ini merupakan langkah yang sangat penting karena pada saat inilah seluruh data-data harus ditempatkan dalam setiap cabang BOIs secara asosiatif dan menggunakan struktur radian yang menjadi ciri yang paling khas dari suatu MM. d Melengkapi setiap cabang dengan Image baik berupa gambar, simbol, kode, daftar, grafik dan garis penghubung bila ada BOIs yang saling terkait satu dengan lainnya. Tujuan dari langkah ini adalah untuk membuat sebuah MM menjadi lebih menarik sehingga lebih mudah untuk dimengerti dan diingat. 5. Penyajian hasil akhir, semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari dengan menampilkan Mind Mapp agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru. 6. Evaluasi, guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok, atau keduanya. 3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk: a Meningkatkan hasil belajar IPS materi perjuangan para tokoh menuju kemerdekaan RI melalui pembelajaran Group Investigation dengan berbasis Mind Mapping di kelas V SD N Gumawang 02. b Meningkatkan aktivitas belajar IPS materi perjuangan para tokoh menuju kemerdekaan RI melalui pembelajaran Group Investigation dengan berbasis Mind Mapping di kelas V SD N Gumawang 02. 4. Manfaat Penelitian Manfaat dari dilakukannya penelitian ini adalah: a Bagi siswa, siswa akan mendapatkan pengalaman belajar yang berbeda sehingga kegiatan belajar akan terasa menyenangkan. b Bagi guru, penggunaan metode Group Investigation akan menghilangkan pembelajaran yang teacher centered yang melelahkan guru. c Bagi sekolah, dengan variasi metode pembelajaran inovatif akan meningkatkan prestasi siswa pada khususnya dan prestasi sekolah pada umumnya. D. Kajian Pustaka 1. Hasil Belajar IPS Hasil belajar sering disebut juga prestasi belajar. Kata prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie, kemudian di dalam bahasa Indonesia disebut prestasi yang diartikan sebagai hasil usaha. Prestasi banyak digunakan di dalam berbagai bidang dan diberi pengertian sebagai kemampuan, ketrampilan, sikap seseorang dalam menyelesaikan sesuatu hal, Djamarah, (1994:48). Menurut Djamarah (1994:49), “prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan atau diciptakan secara individu maupun secara kelompok”. Pendapat ini berarti prestasi tidak akan pernah dihasilkan apabila seseorang tidak melakukan kegiatan. Hasil belajar atau prestasi belajar adalah suatu hasil yang telah dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar. Oleh sebab itu prestasi belajar bukan merupakan ukuran, tetapi dapat diukur setelah melakukan kegiatan belajar. Keberhasilan seseorang dalam dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dapat dilihat dari prestasi belajar orang tersebut. Menurut Gagne (1997:50), “prestasi belajar dapat dikelompokkan ke dalam 5 (lima) kategaori yaitu: 1) ketrampilan intelektual, 2) informasi verbal, 3) setrategi kognitif, 4) ketrampilan motorik, 5) sikap”. Pendapat ini diuraikan sebagai berikut: a Ketrampilan intelektual (intellectual skills). Belajar ketrampilan intelektual berarti belajar bagaimana melakukan sesuatu secara intelektual. Ada enam jenis ketrampilan intelektual, yaitu 1) diskriminasi-diskriminasi, yaitu kemempuan membuat respon yang berbeda terhadap stimulus yang berbeda pula, 2) konsep-konsep konkrit, yaitu kemempuan mengidentifikasi ciri-ciri atau atribut suatu obyek, 3) konsep-konsep terdefinisi, yaitu kemampuan memberikan makna terhadap sekelompok obyek-obyek, kejadian-kejadian atau hubungan-hubungan, 4) aturan-aturan, yaitu kemampuan merespon hubungan-hubungan antara obyek-obyek dan kejadian-kejadian, 5) aturan tingkat tinggi, yaitu kemampuan merespon hubungan-hubungan antara obyek-obyek dan kejadian-kejadian secara lebih kompleks, 6) memecahkan masalah, yaitu kemampuan memecahkan masalah yang biasanya melibatkan aturan-aturan tingkat tinggi. b Setrategi-setrategi kognitif (cognitive strategies). Setrategi-setrategi ini merupakan kemampuan yang mengarahkan perilaku belajar, mengingat dan berpikir seseorang. Ada lima jenis setrategi-setrategi kognitif, yaitu 1) setrategi-setrategi menghafal, adalah setrategi belajar yang dilakukan dengan cara menghafal ide-ide dari suatu teks, 2) setrategi-setrategi elaborasi, yaitu setrategi belajar dengan cara mengaitkan materi yang dipelajari dengan materi lain yang relevan, 3) setrategi-setrategi pengaturan, yaitu setrategi belajar yang dilakukan dengan cara mengelompokkan konsep-konsep agar menjadi kategori-kategori yang bermakna, 4) setrategi-setrategi pemantauan pemahaman, yaitu setrategi belajar yang dilakukan dengan cara memantau proses-proses belajar yang sedang dilakukan, 5) setrategi-setrategi afektif, yaitu setrategi belajar yang dilakukan dengan cara memusatkan dan mempertahankan perhatian. c Informasi verbal (verbal information). Belajar informasi verbal adalah belajar untuk mengetahui apa yang dipelajari baik yang berbentuk nama-nama obyek, fakta-fakta, maupun pengetahuan yang telah disusun dengan baik. d Ketrampilan motor (motor skills). Kemahiran ini merupakan kemampuan siswa untuk melakukan sesuatu dengan menggunakan mekanisme otot yang dimiliki. e Sikap (attitudes). Sikap merupakan kemampuan memberikan reaksi secara positif atau negatif terhadap orang, sesuatu dan situasi. Definisi prestasi belajar di atas hampir sejalan dengan pemikiran Bloom. Menurut Bloom, “prestasi belajar yang dicapai oleh siswa dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kawasan, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik”. Menurut pendapat ini aspek kognitif berkaitan dengan perilaku berpikir, mengetahui dan memecahkan masalah. Ada enam tingkatan aspek kognitif yang bergerak dari yang sederhana sampai yang kompleks, 1) pengetahuan (knowledge), yaitu kemampuan mengingat materi pelajaran yang sudah dipelajari sebelumnya, 2) pemahaman (comprehension, understanding) seperti kemampuan menafsirkan, menjelaskan atau meringkas, 3) penerapan (application), yaitu kemampuan menafsirkan dan menggunakan materi pelajaran yang sudah dipelajari dalam situasi baru atau konkrit, 4) analisis (analysis), yaitu kemampuan menguraikan atau menjabarkan sesuatu ke dalam komponen-komponen atau bagian-bagian sehingga susunannya dapat dimengerti, 5) sistesis (sythesis), yaitu kemampuan menghimpun bagian-bagian ke dalam satu keseluruhan, 6) evaluasi (evaluation), yaitu kemampuan menggunakan pengetahuan untuk membuat penilaian terhadap sesuatu berdasarkan kriteria tertentu. Aspek afektif baerkaitan dengan sikap, nilai-nilai, interes, apresiasi dan penyesuaian sosial. Aspek ini memiliki lima tingkatan dari yang sederhana ke yang kompleks, 1) penerimaan (receiving), merupakan kepekaan menerima rangsangan (stimulus) baik berupa situasi maupun gejala, 2) penanggapan (responding), yaitu berkaitan dengan reaksi yang diberikan seseorang terhadap stimulus yang dating, 3) penilaian (valuing), yaitu berkaitan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus yang datang, 4) organisasi (organization), yaitu penerimaan terhadap berbagai nilai yang berbeda berdasarkan suatu sistem nilai tertentu yang lebih tinggi, 5) karakteristik nilai (characterization by a value complex), merupakan keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap dan keterampilan siswa tantang masyarakat, bangsa dan negara Indonesia. Adapun tujuan pembelajaran IPS di SD adalah: (1) mengajarkan konsep-konsep dasar sosiologi, geografi, ekonomi dan sejarah melalui pendekatan pedagogis dan psikologis; (2) mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif, inquiri, memecahkan masalah dan keterampilan sosial; (3) membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; dan (4) meningkatkan kemampuan bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk baik secara nasional maupun global (Puskur Balitbang Depdiknas, 2003:2). Terkait dengan tujuan mata pelajaran IPS yang sedemikian fundamental maka guru dituntut untuk memiliki pemahaman yang holistik dalam upaya mewujudkan pencapaian tersebut. Dalam terminologi pembelajaran, pencapaian tujuan direfkeksikan dalam ketercapaian indikator (kurikulum 2006). Pemberian indikator dalam pembelajaran merupakan acuan untuk menetapkan target belajar yang harus dicapai siswa. Dalam pencapaian hasil belajar siswa, guru dituntut untuk mengembangkan pembelajaran yang menjangkau perubahan tingkah laku pada ranah kognitif, afektif dan psikomotorik secara proporsional. Berdasarkan konsep di atas maka dapat diperoleh suatu pengertian bahwa hasil belajar IPS adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah belajar yang wujudnya berupa kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Derajat kemampuan yang diperoleh siswa diwujudkan dalam bentuk nilai hasil belajar IPS. 2. Metode Pembelajaran Group Investigation Group Investigationn merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat mencari melalui internet. Siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Tipe ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok. Model Group Investigation dapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri. Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran. Dalam metode Group Investigation terdapat tiga konsep utama, yaitu: penelitian atau enquiri, pengetahuan atau knowledge, dan dinamika kelompok atau the dynamic of the learning group, (Udin S. Winaputra, 2001:75). Penelitian di sini adalah proses dinamika siswa memberikan respon terhadap masalah dan memecahkan masalah tersebut. Pengetahuan adalah pengalaman belajar yang diperoleh siswa baik secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan dinamika kelompok menunjukkan suasana yang menggambarkan sekelompok saling berinteraksi yang melibatkan berbagai ide dan pendapat serta saling bertukar pengalaman melaui proses saling beragumentasi. Slavin (1995) dalam Siti Maesaroh (2005:28), mengemukakan hal penting untuk melakukan metode Group Investigation adalah: 1. Membutuhkan Kemampuan Kelompok. Di dalam mengerjakan setiap tugas, setiap anggota kelompok harus mendapat kesempatan memberikan kontribusi. Dalam penyelidikan, siswa dapat mencari informasi dari berbagai informasi dari dalam maupun di luar kelas.kemudian siswa mengumpulkan informasi yang diberikan dari setiap anggota untuk mengerjakan lembar kerja. 2. Rencana Kooperatif. Siswa bersama-sama menyelidiki masalah mereka, sumber mana yang mereka butuhkan, siapa yang melakukan apa, dan bagaimana mereka akan mempresentasikan proyek mereka di dalam kelas. 3. Peran Guru. Guru menyediakan sumber dan fasilitator. Guru memutar diantara kelompok-kelompok memperhatikan siswa mengatur pekerjaan dan membantu siswa mengatur pekerjaannya dan membantu jika siswa menemukan kesulitan dalam interaksi kelompok. Para guru yang menggunakan metode Group Investigation umumnya membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5 sampai 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen, (Trianto, 2007:59). Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki, melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan mempresentasikan laporannya di depan kelas. Langkah-langkah penerapan metode Group Investigation, (Kiranawati (2007), dapat dikemukakan sebagai berikut: 1. Seleksi topik Para siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya digambarkan lebih dulu oleh guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik maupun kemampuan akademik. 2. Merencanakan kerjasama Para siswa bersama guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari langkah a) diatas. 3. Implementasi Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah b). pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan. 4. Analisis dan sintesis Para siswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah c) dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas. 5. Penyajian hasil akhir Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru. 6. Evaluasi Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok, atau keduanya. Tahapan-tahapan kemajuan siswa di dalam pembelajaran yang menggunakan metode Group Investigation untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table berikut (Slavin: 1995) dalam Siti Maesaroh (2005:29-30): Tabel 1: Tahap-Tahap Kemajuan Siswa Dalam Pembelajaran Yang Menggunakan Metode Group Investigation Tahap I Mengidentifikasi topik dan membagi siswa ke dalam kelompok. Guru memberikan kesempatan bagi siswa untuk memberi kontribusi apa yang akan mereka selidiki. Kelompok dibentuk berdasarkan heterogenitas. Tahap II Merencanakan tugas. Kelompok akan membagi sub topik kepada seluruh anggota. Kemudian membuat perencanaan dari masalah yang akan diteliti, bagaimana proses dan sumber apa yang akan dipakai. Tahap III Membuat penyelidikan. Siswa mengumpulkan, menganalisis dan mengevaluasi informasi, membuat kesimpulan dan mengaplikasikan bagian mereka ke dalam pengetahuan baru dalam mencapai solusi masalah kelompok. Tahap IV Mempersiapkan tugas akhir. Setiap kelompok mempersiapkan tugas akhir yang akan dipresentasikan di depan kelas. Tahap V Mempresentasikan tugas akhir. Siswa mempresentasikan hasil kerjanya. Kelompok lain tetap mengikuti. Tahap VI Evaluasi. Soal ulangan mencakup seluruh topik yang telah diselidiki dan dipresentasikan.

No comments:

Post a Comment