A.
Metode-metode
Pembelajaran IPS
Metode
adalah cara yang dianggap efisien yang digunakan oleh guru menyampaikan suatu
mata pelajaran tertentu kepada siswa agar tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya
dalam proses kegiatan pembelajaran dapat tercapai dengan efektif. Sehubungan
dengan pemilihan metode dalam pengajaran IPS, perlu diketahui tujuan pengajaran
IPS menurut Edwin Fenton adalah: (1) pemerolehan pengetahuan, (2) pengembangan
keterampilan inkuiri, (3) pengembangan sikap-sikap dan nilai. Metode-metode
pengajaran yang dapat dipilih oleh guru antara lain:
1.
Metode Ceramah
Metode
ceramah merupakan metode yang umum dipakai. Dengan metode ceramah dapat
menyampaikan pengetahuan faktual yang banyak dan generalisasi-generalisasi,
namun kesemuanya ini tidak berarti banyak jika tidak ada gambaran kongkret
dalam bentuk contoh dan peragaan (model, tiruan, gambar, dll).
2.
Metode Diskusi
Jika
metode ceramah dinilai belum cukup, maka setelah selesai berceramah dapat
diikuti dengan diskusi antara guru dengan siswa atau siswa dengan siswa.
Masalahnya, apakah siswa SD telah memiliki pembendaharaan pengetahuan faktual
dan mengerti konsep-konsep atau generalisasi yang cukup untuk turut aktif dalam
diskusi. Selain itu, jumlah siswa yang banyak dalam kelas menjadi masalah
tersendiri untuk membuat semua siswa ikut bicara dalam diskusi dengan alokasi
waktu pelajaran yang terbatas.
3.
Metode Tanya Jawab
Metode
ini berlangsung dalam interaksi antara guru dengan siswa setelah guru selesai
berceramah. Siswa mengajukan pertanyaan dan guru menjawabnya atau dapat juga
dijawab oleh siswa lain, dan sebaliknya guru yang bertanya dan siswa yang
menjawab. Beberapa bentuk pertanyaan adalah sebagai berikut:
a. Pertanyaan
mengingat/ hafalan
b.
Pertanyaan deskriptif
c. Pertanyaan
menjelaskan
d. Pertanyaan
sintesis
e.
Pertanyaan memilih
f.
Pertanyaanterbuka
4.
Metode Proyek
Proyek
di sini adalah semacam “penelitian” yang dilakukan di luar kelas/sekolah,
dilaksanakan secara individu atau kelompok dan membuat laporan dari hasil
pengamatan untuk dibawa dan dibicarakan di kelas.
5.
Metode karya wisata
Siswa
dibawa mengunjungi objek-objek pemukiman transmigran, situs sejarah, panti
sosial, dan sebagainya. Selain rekreasi, siswa juga bisa belajar dari tempat
yang mereka kunjungi (mencakup aspek kognitif dan afektif)
6.
Metode Bermain Peran
(Role-playing)
Di
dalam metode ini melibatkan aspek kognitif (problem solfing) dan afektif
(sikap, nilai-nilai pribadi atau orang lain, membandingkan dan mempertentangkan
nilai-nilai, mengembangkan empati dan sebagainya).
- Metode Demonstrasi
Metode
demonstrasi yaitu merupakan format belajar mengajar yang secara sengaja,
menunjukan atau memperagakan tindakan, proses atau prosedur yangdilakukan oleh
guru atau orang lain kepada seluruh atau sebagian siswa.Metode demonstrasi
disertai dengan penjelasan, ilustrasi, dan pertanyaan lisanatau peragaan secara
tepat. (dalam Canci, 1986 : 38). Langkah – langkah
pelaksanaan metode demonstrasi : a.
Persiapan
b. Pelaksanaan c. Tindak
lanjut (follow up)
B. Model-Model Pengajaran
IPS
1) Pengertian Model Belajar-Mengajar
Menurut
Sarifudin (Wahab, Azis, 1990: 1) yang dimaksud dengan ‘model belajar mengajar’
adalah “kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang terorganisasikan
secara sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai
tujuan belajar tertentu, yang berfungsi sebagai pedoman bagi perancang
pengajaran dan para guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar
mengajar”. Dengan demikian, model belajar-mengajar khususnya dapat diartikan
sebagai satuan cara, yang berisi prosedur, langkah teknis yang harus dilakukan
dalam mendekati sasaran proses dan hasil belajar hingga mencapai
efektifitasnya, menurut kesesuaian dengan setting waktu, tempat dan subjek
ajarnya.
2)
Macam-macam Model Mengajar
a.
Model-model Pemrosesan
Model-model
yang berorientasi pada kemampuan pemrosesan informasi dari siswa dan cara
memperbaiki kemampuannya dalam menguasai informasi, merujuk pada cara orang
menangani stimulus dari lingkungannya, mengorganisasikan data, menginderai
masalah, melahirkan konsep dan pemecahan masalah, dan menggunakan simbol verbal
da non-verbal. Model-model yang termasuk dalam rumpun ini antara lain adalah;
Model Berpikir (Inquiry Training Model), Inkuiri Ilmiah (Scientific
Inquiry), Perolehan Konsep (Concept), Model Advance Organizer (Advance
Organizer Model), dan Ingatan (Memory).
b.
Model-model Personal
Model-model
yang termasuk ke dalam rumpun personal berorientasi pada pengembangan diri
individu, model-model ini menekankan proses pembentukan individu dalam
mengorganosasikan realitasnya yang unik. Fokus pengembangan diri berkesan
menekankan pada pembinaan emosional antara individu dalam hubungan produktif
dengan lingkungannya hingga diharapkan menghasilkan hubungan interpersonal yang
lebih kaya dan kemampuan pemrosesan yang lebih efektif lagi. Yang termasuk ke
dalam rumpun ini adalah; Pengajaran Non-Direktif (Non-directive Teaching),
Pelatihan Kesadaran (Awraness Training), Sinektic (Synectics),
Sistem Konseptual (Conceptual System) dan Pertemuan Kelas (Classroom
Meeting).
c.
Model-model Interaksi Sosial
Model-model
pembelajaran yang termasuk rumpun Interaksi Sosial, menekankan hubungan antara
individu dengan masyarakat dan dengan individu lainnya. Fokus model ini
terletak pada proses di mana dengan proses ini realitas dinegosiasi memberikan
prioritas pada perbaikan kemampuan individu untuk berhubungan dengan yang
lainnya, bergelut dengan proses demokratik dan bekerja secara produktif dalam
masyarakat. Termasuk ke dalam rumpun model ini, antara lain : Investigasi
Kelompok (Group Investigation), Inkuiri Sosial (Social Inquiry),
Metode Laboratorium (Laboratory Method), Yurisprudensial (Yurisprudential),
Bermain Peran (Role Playing) dan Simulasi Sosial (Social Simulation).
d.
Model Behavioral
Model-model
yang termasuk ke dalam rumpun behavioral berpijak pada landasan teoritis yang
sama, yakni teori tingkah laku (Behavioral Theory). Dalam penerapannya,
model ini banyak menggunakan istilah lain seperti teori belajar, teori belajar
sosial, modifikasi tingkah laku, dan terapi tingkah laku. Ciri pokoknya
menekankanpada usaha mengubah tingkah laku teramati ketimbang struktur
psikologis yang mendasarinya dan tingkah laku yang tidak teramatinya. Model ini
mendasarkan pada prinsip kontrol stimulus dan penguatan (Stimulus Control
and Reinforcement). Lebih dari model lainnya model behavioral memiliki
keterpakaian yang luas dan teruji keefektifannya pada aneka tujuan seperti
pendidikan, pelatihan, tingkah laku interpersonal da pengobatan. Tercakup kedalam
model ini, antara lain: Manajemen Kontingensi (Contingency Management),
Kontrol Diri (Self Control), Relaksasi (Relaxation), Reduksi
Stres (Stress Reducation), Pelatihan Asertif (Assertive Training),
Desentisasi (Desensitization) dan Pelatihan Langsung (Direct
Training).
Di bawah ini akan dijelaskan beberapa model
pembelajaran untuk mengatasi masalah pendidikan IPS..
Masing-masing pendekatan pada pandangan teoritis berkenaan dengan stressingnya,
dalam praktisnya dapat terjadi saling berkait antara satu pendekatan dengan
pendekatan lain secara bersamaan. Beberapa dari sejumlah pendekatan yang
menjadi rujukan, secara parsial terliput dalam kerangka teknis model pilihan
berikut, antara lain: Model Inkuiri, VCT, Bermain Peta, ITM (STS), Role
Playing, dan Portofolio.
1)
Model Inkuiri
a)
Makna Pembelajaran Inkuiri
Model
inkuiri adalah salah satu model pembelajaran yang memfokuskan kepada
pengembangan kemampuan siswa dalam berpikir reflektif kritis, dan kreatif.
Pengembangan strategi pembelajaran dengan model inkuiri dipandang sangat sesuai
dengan karakteristik materil pendidikan Pengetahuan Sosial yang bertujuan
mengembangkan tanggungjawab individu dan kemampuan berpartisipasi aktif baik
sebagai anggota masyarakat dan warganegara.
b)
Langkah-langkah Inkuiri
Langkah-langkah
tersebut antara lain:
ü orientation
ü hypothesis
ü definition
ü
exploration
ü evidencing
ü
generalization (Joyce dan Weil, 1980).
2)
Model Pembelajaran VCT
a)
Makna Pembelajaran VCT
VCT
adalah salah satu teknik pembelajaran yang dapat memenuhi tujuan pancapaian
pendidikan nilai. VCT berfungsi untuk: a) mengukur atau mengetahui
tingkat kesadaran siswa tentang suatu nilai; b) membina kesadaran siswa
tentang nilai-nilai yang dimilikinya baik yang positif maupun yang negatif
untuk kemudian dibina kearah peningkatan atau pembetulannya; c)
menanamkan suatu nilai kepada siswa melalui cara yang rasional dan diterima
siswa sebagai milik pribadinya.
b)
Langkah Pembelajaran Model VCT
Langkah
pembelajarannya antara lain:
a.
Teknik evaluasi diri (self evaluation) dan evaluasi kelompok (group
evaluation)
b.
Teknik Lecturing
c.
Teknik menarik dan memberikan percontohan
d.
Teknik indoktrinasi dan pembakuan kebiasan
e.
Teknik tanya-jawab
f.
Teknik menilai suatu bahan tulisan
g. Teknik mengungkapkan
nilai melalui permainan (games).
3)
Model Bermain Peta
Keterampilan
menggunakan dan menafsirkan peta dan globe merupakan salah satu tujuan penting
dalam pembelajaran Pengetahuan Sosial. Peta dan globe memberikan manfaat,
yaitu: a) siswa dapat memperoleh gambaran mengenai bentuk, besar,
batas-batas suatu daerah; b) memperoleh pengertian yang lebih jelas
mengenai istilah-istilah geografi; c) memahami peta dan globe.
Dalam
memahami peta dan globe diperlukan beberapa syarat yaitu : (a) arah, (b)
skala,; (c) lambang-lambang,; (d) warna
4)
Pendekatan ITM (Ilmu-Teknologi dan Masyarakat)
a)
Kebermaknaan Model Pendekatan ITM
Pendekatan
ITM (Ilmu, Teknologi, dan Masyarakat) atau juga disebut STS
(Science-Technology-Society) muncul menjadi sebuah pilihan jawaban atas
kritik terhadap pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang bersifat tradisional (texbook.ITM
dikembangkan kemudian sebagai sebuah pendekatan guna mencapai tujuan
pembelajaran yang berkaitan langsung dengan lingkungan nyata dengan cara
melibatkan peran aktif peserta didik dalam mencari informasi untuk meemcahkan
masalah yang ditemukan dalam kehidupan kesehariannya.
b)
Langkah Pendekatan ITM
Beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan pembelajaran pendekatan ITM
antara lain:
1. Menekankan pada
paham kontruktivisme
2. Peserta didik
dituntut untuk belajar dalam memecahkan permasalahan dan dapat menggunakan
sumber-sumber setempat untuk memperoleh informasi yang dapat digunakan dalam
pemecahan masalah.
3. Pola pembelajaran
bersifat kooperatif (kerja sama)
4.
Peserta didik menggali konsep-konsep melalui proses pembelajaran yang ditempuh
dengan cara pengamatan (observasi) terhadap objek-objek yang dipelajarinya.
5. Masalah-masalah
aktual sebagai objek kajian, dibahas bersama guru dan peserta didik guna
menghindari terjadi kesalahan konsep.
6.
Pemilihan tema-tema didasarakan urutan integratif.
7. Tema
pengorganisasian pokok dari sejumlah unit ITM adalah isu dan masalah sosial
yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan.
c)
Tahapan Metode Pendekatan ITM
(1) Tahap Eksplorasi
(2) Tahap Penjelasan dan Solusi
(3) Tahap Pengambilan Tindakan
(4) Diskusi dan Penjelasan
(6) Tahap Evaluasi
(7) Kegiatan Penutup
5)
Model Role Playing
a)
Kebermaknaan Penggunaan Model Role Playing
Role
Playing adalah salah satu model pembelajaran
yang perlu menjadi pengalaman belajar peserta didik, terutama dalam konteks
pembelajaran Pengetahuan Sosial dan Kewarganegaraan didalamnya. Role playing
sendiri tidak jarang menjadi pelengkap kegiatan pembelajaran yang
dikembangkan dengan stressing model pendekatan lainnya, seperti inkuiri,
ITM, Portofolio, dan lainnya.
b)
Langkah-langkah Role Playing
Adapun
langkah-langkahnya, Djahiri (1978: 109) mengangkat urutan teknis yang
dikembangkan Shaftel yang terdiri dari 9 langkah dalam tabel berikut.
No.
|
Urutan Langkah
|
Kegiatan dan
Pelakunya
|
1.
|
Penjelasan umum
|
1.1.
Mencari atau mengemukakan permasalahan (oleh guru atau bersama siswa).
1.2.
Memperjelas masalah/ topik tersebut (guru).
1.3.
Mencari bahan-bahan, keterangan atau penjelasan lebih lanjut, dengan menunjukan
sumbernya (guru & siswa).
1.4.
Menjelaskan tujuan, makna dari role playing.
|
2.
|
Memilih para pelaku
|
2.1.
Menganalisis peran yang harus dimainkan (guru bersama siswa).
2.2.
Memilih para pelakunya (dibantu guru).
|
3.
|
Menentukan Observer
|
3.1.
Menentukan observer dan menjelaskan tugas dan peranannya (guru & siswa).
|
4.
|
Menentukan jalan
cerita
|
4.1.
gariskan jalan ceritanya.
4.2.
tegaskan peran-peran yang ada didalamnya.
4.3.
berikut gambaran situasi keadaan cerita tersebut (guru + siswa).
|
5.
|
Pelaksanaan (bermain)
|
5.1.
Mulai melakonkan permainan tersebut
5.2.
Menjaga agar setiap peran berjalan.
5.3.
Jagalah agar babakan-babakan terlihat jelas.
|
No.
|
Urutan Langkah
|
Kegiatan dan
Pelakunya
|
6.
|
Diskusi dan permainan
|
6.1.
Telaah setiap peran, posisi, dan permainan.
6.2.
diskusikan hal tersebut berikut saran perbaikannya.
6.3.
Siapkan permainan ulangan.
|
7.
|
Permainan ulang dan
diskusi serta penelaahan
|
7.1.
Seperti sub 5 dan sub 6
|
8.
|
Mempertukarkan
pikiran, pengalaman dan membuat kesimpulan
|
8.1.
Setiap pelaku mengemukakan pengalaman, perasaan dan pendapatnya.
8.2.
Observer mengemukakan penilaian pendapatnya.
8.3.
Siswa dan guru membuat kesimpulan dan merangkainya dengan topik / konsep yang
sedang dipelajarinya.
|
6)
Model Portofolio
a)
Makna Pembelajaran Portofolio
Sapriya
(Winataputra, 2002: 1.16) menegaskan bahwa: “portofolio merupakan karya
terpilih kelas/siswa secara keseluruhan yang bekerja secara kooperatif membuat
kebijakan publik untuk membahas pemecahan terhadap suatu masalah
kemasyarakatan”. Makna pembelajaran berbasis portofolio dalam pembelajaran
Pengetahuan Sosial adalah memperkenalkan kepada peserta didik dan membelajarkan
mereka “pada metode dan langkah-langkah yang digunakan dalam proses politik”
kewarganegaraan/kemasyarakatan.
b)
Langkah-langkah Penbelajaran Portofolio
Secara
teknis pendekatan portofolio dimulai dengan membagi peserta didik dalam kelas
ke dalam beberapa kelompok,
(1)
Kelompok
portofolio-satu; Menjelaskan masalah,
(2)
Kelompok
portofolio-dua; Menilai kebijakan alternatif
(3)
Kelompok portofolio-tiga;
Membuat satu kebijakan publik yang didukung oleh kelas
(4)
Kelompok
portofolio-empat; Membuat satu rencana tindakan agar pemerintah (setempat)
dalam masyarakat mau menerima kebijakan kelas
C. Perencanaan
dan Pelaksanaan Pembelajaran IPS
Tujuan,
materi pelajaran, kegiatan belajar, strategi pembelajaran (bahkan sampai pada
evaluasi) harus diorganisasikan sedemikian rupa untuk menggalakkan pembelajaran
yang efektif. Untuk itu perlu perencanaan dan pelaksanaannya. Setiap langkah
yang akan dilakukan oleh guru mengenai apa yang akan diajarkan ditentukan oleh
tujuan yang dirumuskan sebelumnya.
Oleh
sebab itu, perumusan tujuan merupakan langkah pertama yang harus dilakukan oleh
guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengelola pembelajran IPS. Tujuan yang
akan dicapai selama proses belajar mengajar berlangsung, dan apakah tujuan itu
dapat tercapai atau tidak setelah proses pembelajaran selesai, hendaknya
ditulis dan dirumuskan lebih dahulu oleh guru dalam Satpel (satuan pelajaran).
Satpel yang baik memuat rumusan tujuan-tujuan itu yang menuntun guru dan siswa
kearah proses pembelajaran yang tampak jelas dan terarah.
Sehubungan
dengan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran ini ada tiga tujuan yang harus
diperhatikan:
a.
Tujuan jangka pendek,
yaitu tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksaan beberapa jam pelajaran atau TIK
(Tujuan Instruksional Khusus).
b.
Tujuan jangka menengah,
yaitu tujuan yang ingin dicapai selama pelaksanaan satu unit pelajaran.
c.
Tujuan jangka panjang,
yaitu tujuan yang ingin dicapai dalam masa satu semester atau satu tahun
ajaran.
Umumnya guru hanya memperhatikan
tujuan jangka pendek saja, sedangkan kedua tujuan lain kurang mendapat
perhatian sebagaimana mestinya. Tujuan itu sebenarnya menjelaskan
perubahan-perubahan yang dikehendaki dari siswa sebagai hasil proses
pembelajaran. Guru diminta untuk menuliskan dan merumuskan tujuan-tujuan itu
secara jelas, lengkap, spesifik dan serealis mungkin.Sehingga guru benar-benar
memikirkan perubahan apa yang diharapkan dari siswa dalam meningkatkan aspek
kognitif (pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, evaluasi) dan
aspek afektif (mendengar, menjawab, menilai).
Dalam perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran ini beberapa hal di bawah ini perlu mendapat perhatian.
1)
Materi pelajaran. Guru
hendaknya menguasai bidang studi atau mata pelajaran IPS. Materi itu dalam
Satpel disebar dalam Pokok Bahasan atau Sub-Pokok Bahasan kemudian dirumuskan
dalam TIU (Tujuan Instruksional Umum). Setelah itu rincian meteri yang akan
disampaikan.
2)
Metode. Dinyatakan
metode apa saja yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran sesuai dengan
tujuan pendidikan yang hendak dicapai.
3)
Alat, sumber belajar
dan media perlu diketahui dan disiapkan.
4)
Pemanfaatan lingkungan
sekolah. Sehubungan dengan butir 3 di atas, lingkungan sekolah perlu
dimanfaatkan jika relevan dengan proses pembelajaran seperti kebun dan tamanan
di sekolah, bangunan sekolah, jalan raya di sekitar sekolah, warung sekolah dan
sebagainya.
5)
Pemanfaatan ruang
kelas. Sehubungan dengan hal-hak di atas juaga perlu diperhatikan penempatan
papan tulis, meja guru, bangku-bangku, lemari, penggunaan dinding-dinding kelas
untuk display hasil kerja siswa. Begitu juga penggunaan sudut dan serambi kelas
untuk pameran hasil karya siswa, hasil penelitian atau hasil karya guru.
6)
Pemanfaatan lingkungan.Penggunaan
sumber yang tersedia dari lingkungan fisik sekolah atau masyarakat di sekitar
desa (desa pertanian, atau desa nelayan), flora fauna, batu-batuan dan alat
transportasi desa dapat menjadi alat peraga pelajaran IPS.
7)
Pemanfaatan waktu.
Prinsip “semakin banyak waktu semakin banyak yang bisa dipelajari” perlu
dipegang. Alokasi waktu perlu diatur sebaik-baiknya dalam jadwal kegiatan.
8)
Pemanfaatan
perpustakaan dan laboratorium. Dalam rencana pelajaran perlu dinyatakan bila
mana perpustakaan dan laboratorium IPS itu digunakan.
Demikian pokok- pokok yang perlu diperhatikan dalam perencanaan
dan pelaksanaan pembelajaran ini agar tujuan-tujuan pendidikan IPS dapat
tercapai dengan efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Suradisastra
Djodjo,dkk , Pendidikan IPS 3, Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1993.
http://juyaki.blogspot.com/2010/03/makalah-ips.html diakses pada 16 maret 2013 14:27
Mengajar IPS pada siswa betul sekali perlu metode dan cara yang bagus, METODE PEMBELAJARAN DAN MODEL PENGAJARAN IPS di atas, saya akan coba praktekkan dalam mengajar dan jadikan bahan dalam menyusun RPP IPS Kurikulum 2013
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteu'r welcome
ReplyDelete