Saturday, October 5, 2013

PENGERTIAN PENDIDIKAN, PERGAULAN DAN PROSES PENDIDIKAN

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pendidikan merupakan sebagian dari kehidupan masyarakat dan juga sebagi dinamisator masyarakat itu sendiri. Memang kita semua mengatahui betapa sektor pendidikan selalu terbelakang dalam berbagai sektor pembangunan lainnya, bukan saja karena sektor itu lebih dilihat sebagi sektor konsumtif, juga karena “by definition” pendidikan adalah penjaga status quo masyarakat itu sendiri. Bayangkan betapa runyamnya kehiduipan ini apabila tidak ada dasar pijakan dan tidak ada bintang penunjuk jalan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pendidikan yang berarti “education” adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui pengajaran dan pelatihan. Sedangkan pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hal (mata pelajaran). Pendidikan adalah aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya. Pendidikan merupakan sebagian dari kehidupan masyarakat dan juga sebagai dinamisator masyarakat itu sendiri.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian pendidikan ?
2.      Apa sajakah unsur-unsur pendidikan ?
3.      Apa saja jenis-jenis pendidikan ?
4.      Apa perbedaan pergaulan dengan proses pendidikan ?
5.      Bagaimana pergaulan dalam keluarga, sekolah dan masyarakat ?
C.    Tujuan
1.      Mahasiswa dapat memahami pengertian pendidikan.
2.      Mahasiswa dapat mengetahui unsur-unsur pendidikan.
3.      Mahasiswa dapat memahami jenis-jenis pendidikan.
4.      Mahasiswa dapat membedakan pergaulan dengan proses pendidikan.
5.      Mahasiswa dapat menguraikan pergaulan dalam keluarga, sekolah dan masyarakat.


BAB II
PEMBAHASAN
1.      Arti pendidikan
a.       Arti pendidikan secara etimologi
Secara etimologis istilah asing yang sering dipakai untuk memaknai kata pendidikan adalah; paedagogie (bahasa Yunani) dan education (bahasa Latin). Kata paedagogie sendiri merupakan rangkaian dari dua kata bahasa Yunani: pias (anak) dan ago (saya membimbing). Dengan demikian pedagogie berarti saya membimbing anak. Sedangkan kata education menurut Khursyid Ahmad berasal dari kata Latin; e, ex (out) artinya keluar, dan ducare duc (mengatur, memimpin, menyerahkan). Sehingga education memiliki arti mengumpulkan dan menyampaikan informasi (pelajaran), dan menyalurkan/menarik bakat keluar. Perbuatan membimbing merupakan inti dari perbuatan mendidik. Pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan yang secara sadar dan disengaja, serta penuh tanggung jawab yang dilakukan oleh orang dewasa kepada anak sehingga timbul interaksi dari keduanya agar anak tersebut mencapai kedewasaan yang dicita-citakan dan berlangsung terus menerus. pendidikan adalah : pengaruh, bantuan atau bimbingan yang diberikan oleh orang yang bertanggung jawab kepada anak didik. Dengan kata lain Pendidikan merupakan usaha sadar untuk mempersiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.Pendidikan sebagai Suatu Sistem. Definisi sistem yang tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003, adalah “Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan nasional.” Mengacu pada definisi tersebut, maka di dalam sistem terdapat:
1)   Komponen-komponen yang dapat dikenali.
2)   Komponen-komponen tersebut saling terkait secara teratur.
3)   Komponen-komponen tersebut saling ketergantungan satu sama lain.
4)   Mekanisme antar komponen saling terkait dan merupakan satu kesatuan organisasi.
5)   Kesatuan organisasi tersebut berfungsi dalam mencapai tujuan. 

Sub-sistem masukan terdiri atas sub-sub-sistem peserta didik dengan segala macam potensinya; sub-sistem proses terdiri atas sub-sub-sistem pendidik, kurikulum, gedung sekolah, sarana pembelajaran, metode, dan sebagainya; sedangkan sub-sistem keluaran meliputi hasil belajar yang berupa pengetahuan, sikap, keterampilan, dan sebagainya. Komponen yang terdapat di dalam sistem pendidikan seluruhnya harus dapat berfungsi sesuai dengan porsinya. Dengan demikian tidak mungkin tujuan pendidikan dapat tercapai bila hanya ditangani secara parsial. Dengan kata lain pendidikan harus digarap secara sistematik yakni penanganannya harus memperhatikan seluruh komponen yang terkait.

2.      Unsur-unsur pendidikan
Unsur-unsur yang terdapat dalam pendidikan, antara lain :
a.       Peserta Didik
Tingkat perkembangan pada peserta didik berbeda-beda. Peserta didik yang relatif memiliki usia dan tingkat kelas yang sama bisa memiliki tingkat pengetahuan yang berbeda.perbedaan ini terjadi karena adanya konteks lingkuangan yang berbeda, yaitu:
1)      Lingkungan pendidikan tempat belalajar peserta didik bersifat aksidental (kebetulan) dan insidental (kadang-kadang), sehingga peserta didik tidak terprogram dalam belajarnya.
2)      Lingkungan belajar peserta didik terprogram secara intensional, sengaja atau dikehendaki, sehingga peserta didik lebih siap dalam belajar.
3)      Lingkungan belajar peserta didik terprogram sesuai dengan yang telah ditetapkan.
4)      Lingkungan belajar peserta didik sangat optimal dan ideal, sehingga peserta didik dapat melakukan cara-cara belajar sebagaimana yang diharapkan.
Perbedaan konteks belajar yang dialami peserta didik tersebut menjadikan mereka berbeda pula perkembangannya secara individual, khususnya pada perkembangan psikisnya.

b.      Pendidik
Pendidik pada dasarnya dibedakan menjadi dua, yaitu pendidik menurut kodrat (pendidik kodrati) yang dalam hal ini adalah orang tua dan pendidik menurut jabatan (pendidik profesi) yaitu guru. Orang tua sesuai dengan kodratnya merupakan pendidik pertama dan utama. Orang tua menjadi pendidik adalah bukan karena keputusan atas kemauan anak, melainkan semata-mata secara kodrati anak menerima kenyataan bahwa yang bersangkutan menjadi orangtuanya.
Guru sebagai pendidik menurut jabatan menerima tanggung jawab mendidik dari tiga pihak, yaitu prang tua, masyarakat, dan pemerintah (negara). Tanggung jawab dari orang tua yang diterima guru atas dasar kepercayaan, bahwa guru mampu memberikan pendidikan, pengajaran, dan pelatihan sesuai dengan perkembangan peserta didik.
Jabatab guru juga harus memenuhi syarat-syarat antara lain:
(a)    Berijasah guru (lulusan LPTK).
(b)   Berjiwa Pancasila, religius, dan berkebudayaan kebangsaan Indonesia.
(c)    Menghormati setiap aliran agama dan keyakinan hidup.
(d)   Susila dan cakap, demokratis, serta bertanggung jawab.
(e)    Menguasai bahasa Indonesia.
(f)    Sehat jasmani dan rohani.
Selain itu, guru/pendidik juga harus mengenal alat pendidikan normatif yang dibedakan menjadi:
(1)   Alat pendidikan preventif
Alat pendidikan preventif adalah alat yang bersifat pencegahan. Tujuan alat pendidikan preventif ini untuk menjaga agar hal-hal yang dapat menghambat kelancaran pembelajaran dapat dihindarkan.
Yang termasuk dalam alat pendidian prevebtif adalah tata tertib, anjuran dan perintah, larangan dan ancaman, paksaan, dan disiplin.
(2)   Alat pendidikan represif/kuratif
Alat pendidikan represif bertujuan untuk menyadarkan anak kembali kepada hal-hal yang benar, yang baik, dan yang tertib. Yang termasuk dalam alat pendidikan represif adalah pemberitahuan, teguran, peringatan, hukuman, dan ganjaran.
Dengan memahami pendidikan pendidik dapat :
·         Memudahkan praktek pendidikan
Dengan bekal ilmu pendidikan kegiatan pendidikan dapat direncanakan secara secara teratur dan sistematis.
·         Dapat menimbulkan rasa kecintaan pada diri pendidik terhadap tugasnya, terhadap anak didik dan terhadap kebenaran.
·         Dapat menghindari banyak kesukaran dan kesalahan dalam melaksanakan praktek pendidikan.
·         Kesalahan yang mungkin dibuat dalam mendidik diantaranya :
a)      Cara mendidik terlalu keras dapat menimbulkan rasa harga diri kurang, sebaliknya yang terlalu lunak berarti memanjakan anak.
b)      Cara mendidik yang tidak memberi kesempatan untuk berkembang berarti menghambat pertumbuhan.
c)      Kesalahan menekankan tujuan pendidikan yang di inginkan . Misalkan terlalu menekankan pada intelek menjadi intelektualistis dan terlalu menekankan segi individu menjadi individualistis.
·         Pendidik memerlukan dimensi-dimensi sebagai berikut: Pengetahuan dirinya sebagai pendidik, Pengetahuan tentang tujuan pendidikan, Pengetahuan tentang anak didik, Pengetahuan tentang cara mendidik yang sesuai dengan keadaan anak untuk membawa kearah pencapaian tujuan, Pengetahuan tentang martabat anak sebagai manusia.
Untuk mempertegas bahwa pendidik memegang peranan penting dan strategis, maka guru harus memiliki kompetensi berikut:
1.      Kompetensi Personal/Kepribadian yang terdiri atas:
a.       Guru harus beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME.
b.      Guru harus berbudi pekerti yang luhur.
c.       Guru harus berupaya untuk maju, tangguh, cerdas, dan terampil.
d.      Guru harus senantiasa berpikir kritis, kreatif, dan inovatif.
e.       Guru harus disiplin dna beretos kerja yang tinggi.
f.       Guru harus profesional dan bertanggung jawab.
2.      Kompetensi Profesional/Keahlian yang terdiri atas:
a.       Guru harus menguasai materi pelajaran sesuai dengan kurikulum yang berlaku
b.      Guru harus mampu mengelola kelas, dan melaksanakan interaksi belajar dan mengajar.
c.       Guru harus mampu menguasai landasan-landasan pendidikan.
d.      Guru harus mampu memilih dan memanfaatkan metode, media, dan sumber belajar serta menilai dan mengevaluasi proses dan hasil belajar siswa.
3.      Kompetensi Sosial/Kemasyarakatan yang terdiri atas:
a.       Guru harus mampu bergaul dengan atasan.
b.      Guru harus mampu bergaul dengan teman sejawat.
c.       Guru harus mampu bergaul dengan siswa.
d.      Guru harus mampu bergaul dengan orang tua siswa.
e.       Guru harus mampu bergaul dengan masyarakat dan tokoh-tokoh masyarakat.

c.       Tujuan
Menurut Langeveld dalam bukunya Beknopte Theoretische Paedagogiek dibedakan adanya berbagai macam tujuan pendidikan sebagai berikut:
1)      Tujuan Umum
Tujuan umum ialah tujuan yang di dalam pendidikan yang seharusnya menjadi tujuan orang tua atau pendidik. Tujuan ini berhubungan dengan pandangan tentang hakikat manusia, tentang apa tugas dan arah hidup manusia, yakni sebagai manusia dewasa, susila, mandiri dan bertanggung jawab.
2)      Tujuan Tidak Sempurna
Tujuan tidak sempurna adalah tujuan yang menyangkut segi-segi tertentu, seperti kesusilaan, keagamaan, kemasyarakatan, keindahan, seksual, dan lain-lain.
3)      Tujuan Sementara
Tujuan sementara adalah tujuan yang menjadi tempat pemberhentian sementara belajar untuk mencapai tujuan sementara yang lebih tinggi dalam perkembangan anak lebih lanjut.
4)      Tujuan Perantara (Tujuan Intermediair)
Tujuan perantara ditentukan dalam rangka mencapai tujuan sementara. Sebagai contoh dalam mata pelajaran aritmatika tujuan sementaranya adalah anak dapat menguasai perkalian bilangan satu sampai seratus.
5)      Tujuan Insidental
Tujuan ini hanya berupa peristiwa-peristiwa yang terlepas saat demi saat dalam proses menuju pada tujuan umum.
6)      Tujuan Khusus
Tujuan ini adalah pengkhususan dari tujuan umum, misalnya sehubungan dengan gender, maka diselenggarakan sekolah SMKK (khusus puteri) dan STM (khusus putera).

d.      Isi Pendidikan
Isi pendidikan segala sesuatu yang oleh pendidik langsung diberikan kepada peserta didik dan diharapkan untuk dikuasai peserta didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Untuk itu dalam memilih materi harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1)      Materi sesuai dengan tujuan pendidikan
Materi yang disampaikan oleh pendidik kepada peserta didik harus mengandung nilai formatif, seperti nilai material, nilai formal, nilai praktis, nilai sosial, nilai etis, dan nilai estetis. Nilai material dari suatu mata pelajaran adalah makna materi bagi pembentukan pribadi peserta didik. nilai formal suatu materi pelajaran adalah makna maateri bagi pembentukan kecerdesan anak. Nilai praktis/fungsional suatu materi pelajaran adalah makna materi bagi kehidupan praktis/fungsional untuk menguasai materi yang lain. sedangkan nilai sosial, nilai etis, dan nilai estetis materi pelajaran adalah makni materi yang berguna dalam rangka membentuk sikap dan sifat sosial, etika-moral atau perilaku,dan estetika peserta didik sesuai dengan tuntutan sosial budaya suatu masyarakat.
2)      Materi sesuai dengan peserta didik
Materi yang diberikan kepada peserta didik harus disesuaikan dengan kemampuan, menarik perhatian, jenis kelamin, umur, bakat dan pembawaan , minat dan perhatian, latar belakang, dan pengalaman peserta didik.

e.       Metode
Metode pada dasarnya berfungsi sebagai alat untuk mencapai untuk mencapai tujuan. Penggunaan metode banyak tergantung pada kemampuan guru yang bersangkutan. Ada beberapa metode yang cocok digunakan oleh guru, namun ada juga yang tidak cocok digunaka oleh guru tersebut.

f.       Lingkungan
Sebagai salah satu unsur pendidikan, situasi lingkungan secara potensial dapat menunjang atau menghambat usaha pendidikan. Di samping itu juga dapat menjadi sumber belajar yang direncanakan ataupun sebagai sumber belajar yang dimanfaatkan oleh pendidik. Pada hal-hal tertentu yatu situasi lingkungan tersebut berpengaruh negatif terhadap pendidika, maka situasi lingkungan tersebut menjadi pembatas pendidikan.

3.      Jenis-jenis pendidikan
a)      Menurut tingkat dan sistem persekolahan
Sistem dan tingkat persekolahan di Indonesia akan berubah sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan Negara setiap saat. Di Indonesia jenis dan tingkat persekolahan terdiri dari Sekolah Dasar umum dan Sekolah Luar Biasa, SMP (SMP umum, dan kejuruan), SMA (SMA umum dan kejuruan), tingkat Perguruan Tinggi (jalur gelar S1,S2,S3, dan non gelar D1.D2,D3).
Di Amerika menurut Crow and Crow jenis dan tingkat persekolahan dibedakan sebagai berikut :
a.       Tingkat TK nol Kecil
b.      Tingkat TK nol Besar
c.       Tingkat Pendidikan Dasar
d.      Tingkat SMP
e.       Tingkat SMA
f.       Tingkat sekolah tinggi
g.      Tingkat sekolah tinggi khusus
b)      Menurut tempat berlangsungnya pendididkan
Ki Hajar Dewantara membedakan tiga tempat pendidikan yang disebut tri pusat pendidikan, yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat.
c)      Menurut cara berlangsungnya pendidikan
Pendidikan dibedakan antara pendidikan fungsional : pendidikan yang berlangsung secara naluriah tanpa rencana dan tujuan tetapi berlangsung begitu saja, dan Pendidikan  intensional adalah lawan dari pendidikan fungsional yaitu program dan tujuan sudah direncanakan.
d)     Menurut sifatnya pendidikan dibedakan menjadi :
a.       Pendidikan informal : pendidikan yang diperoleh seseorang dari pengalaman sehari-hari yang sadar atau tidak sadar sepanjang hayat.
b.      Pendidikan formal : pendidikan berlangsung secara teratur, bertingkat, dan mengikuti syarat-syarat tertentu secara tepat.
c.       Pendidikan non formal : pendiddikan yang dilaksanakan secara tertentu dan sadar tetapi tidak terlalu mengikuti peraturan yang ketat.

4.      Perbedaan pergaulan dengan proses pendidikan
Pergaulan adalah kontak langsung antara satu individu dengan individu lain, atau antara pendidik dan peserta didik. Kesempatan bergaul wajib diadakan dan dipergunakan dengan sebaik-baiknya, karena kontak langsung ini menimbulkan hubungan yang wajar antara kekuasaan pendidik dan ketaatan peserta didik. Kekuasaan pendidik dan ketaatan peserta didik, sudah lama menjadi persoalan dalam ilmu pendidikan.
Pada beberapa abad lalu, pendidikan sangat berkuasa, pendidik bersikap otoriter atau despotis, peserta didik harus menurut dan mentaati segala perintah dan atau larangan dari pendidik. Hukuman atau perintah digunakan oleh pendidik agar peserta didik melaksanakan atau patuh dan taat terhadap peraturan dan perintah pendidik. Hal ini akan menimbulkan rasa takut yang disertai rasa benci dan dendam.
Dengan pelaksanaan pendidikan seperti itu, akan terjadi pergaulan yang tidak wajar, peserta didik akan tertekan, tidak berani mengeluarkan isi hatinya, merasa dirinya kecil, sehingga menimbulkan rasa minder.
Pada akhir abad ke-19, keadaan berubah. Peserta didiklah yang seakan-akan memegang dan menentukan arah. Hal ini disebut pendidikan anak, dimana pendidik hanya membiarkan peserta didik berkembang sendiri, anak dimanjakan, dan segala kesulitan yang dihadapi peserta didik diatasi pendidik. Sikap pendidik yang demikian dinamakan Laissez faire. Pendidikan ini secara tidak langsung dapat menimbulkan rasa haega diri yang kurang pada anak, karena dalam pergaulan anak yang dimanjakan dapat merasa canggung, sehingga selalu kalah dalam ketangkasan dibanding anak lain. Aliran pendidikan ini dianut oleh M. Montessori dengan semborannya “Alles von Kunde aus” yang artinya semua keluar dari diri anak.
Dari kedua pendidikan tersebut, pendidik harus dapat memadukan atau mengadakan konvergensi dari keduanya. Pendidikan wajib mempunyai kekuasaan pendidik, yang dalam istilah lain kita kenal dengan sebutan kewibawaan.
a.       Macam-macam pergaulan
a)      Menurut siapa yang terlibat dalam pergaulan itu, maka dibedakan menjadi:
1.      Pergaulan anak dengan anak;
2.      Pergaulan anak dengan orang dewasa;
3.      Pergaulan orang dewasa dengan orang dewasa;
b)      Dipandang dari bidangnya, pergaulan dibedakan menjadi:
1.      Pergaulan yang bersifat ekonomis;
2.      Pergaulan yang bersifat seni;
3.      Pergaulan yang bersifat paedagogis;
c)      Ditinjau dari pergaulan itu, dapat digunakan rentang-rentang untuk membedakannya menjadi:
1.      Pergaulan ekonomis dan tidak ekonomis;
2.      Pergaulan seni dan bukan seni;
3.      Pergaulan paedagogis dan bukan paedagogis;
Di dalam pergaulan yang tidak paedagogis, dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pergaulan biasa dan pergaulan paedagogis. Pergaulan biasa dapat diubah menjadi pergaulan paedagogis, walaupun secara perlahan-lahan. Situasi yang tepat untuk mengubah pergaulan biasa menjadi pergaulan paedagogis adalah bilaman dalam situasi itu berlangsung suatu pengaruh positif yang berasal dari orang tua yang ditujukan kepada peserta didik. Tetapi ketika pengaruh perpindahan pengaruh itu berhenti, maka pergaulan paedagogis itu berubah kembali menjadi pergaulan biasa, dan begitu seterusnya.
b.      Pentingnya pergaulan dalam pendidikan
Menurut pendapat Dr. M.J. Langeveld, pergaulan merupakan lapangan yang memungkinkan terjadinya pendidikan. Pendidikan itu akan muncul di dalam pergaulan antara orang dewasa dengan yang belum dewasa. Pergaulan antara orang dewasa dengan orang dewasa lainnya mungkin akan menimbulkan pendidikan, namun dalam konteks yang berbeda. Pendidikan yang timbul dipergaulan antar orang dewasa ini, letak tanggung jawab tidak di tangan orang yang memberi nasehat atau saran, tetapi tanggung jawab itu berada di tangan orang dewasa yang menerima nasehat atau saran tersebut.
Perbedaan pergaulan antara anak dengan sesama anak adalah bahwa pergaulan antara anak dengan anak tidak dapat berubah menjadi pergaulan pendidikan karena anak yang satu masih belum bertanggung jawab kepada anak yang lain. pada pergaulan ini anak-anak masih saling tergantung antara satu dengan yang lain, dan anak yang satu tidak mempunyai wibawa terhadap anak yang lain.
Kadang kala kita temukan adanya kewibawaan pada seorang anak yang lebih kuat atau lebih besar, hingga anak yang lemah atau lebih kecil selalu menurut kepada kehendaknya. Kepatuhan ini didapatkan karena kepatuhan antara anak yang lebih kuat terhadap anak yang lebih lemah. Kewibawaan dan ketakutan kadang kala tampak bergejala sama, yaitu keduanya menghasilkan kepatuhan. Namun kepatuhan yang dihasilkan oleh rasa takut itu berbeda dengan kepatuhan yang dihasilkan oleh kewibawaan. Kepatuhan yang ditimbulkan oleh rasa takut adalah dengan sukarela, tanpa rasa terpaksa.
c.       Faedah pergaulan
a)      Pergaulan memungkinkan terjadinya pendidikan
Lewat pergaulan ini, anak dapat  untuk mengenal tentang bermacam-macam hal, baik itu secara sengaja atau tidak sengaja yang diberikan oleh orang dewasa di sekitar peserta didik, yang kemudian ditirunya.
b)      Pergaulan merupakan saran untuk mawas diri
Di dalam pergaulan setiap anak mendapatkan pengalaman yang bermacam-macam. Anak akan mulai melepaskan diri dari lingkungannya. Setelah terlepas, anak akan mengadakan perbandingan antara dirinya sendiri dengan orang lain yang terdapat di sekitar lingkungannya. Setiap kali menemukan adanya perbedaan, maka ia akan bertanya apakah itu ada pada dirinya atau tidak. Di sinilah terjadi mawas diri pada anak, yaitu dengan bercermin pada lingkungan pergaulannya.
c)      Pergaulan dapat menimbulkan cita-cita
Dalam ajaran Freud pada ilmu jiwa dalam, dikatakan bahwa pada tiap-tiap individu terdapat apa yag disebut Ego-Ideal, yaitu adanya keinginan untuk menjadi dokter, polisi, pilot, dan lain-lain. hal ini terjadi karena adanya kekaguman terhadap orang dewasa yang ada disekitarnya, yang dijumpai dalam pergaulannya.
d)     Pergaulan dapat memberikan pengaruh secara diam-diam
Anak mempunyai sifat suka dan mudah meniru. Apa yang ia lihat, ia dengar, ia temukan di dalam pergaulanentah baik atau buruk, akan secara spontan ditirukan oleh anak. Pengaruh dari pendidik akan diterima oleh peserta didik atas pilihannya sendiri, tidak dengan cara paksaan.
d.      Perbedaan pergaulan dengan proses pendidikan
Proses pendidikan
Proses memberikan ilustrasi tentang hal-hal yang menyangkut langkah-langkah / sistematika / urutan / jalannya suatu kegiatan. Sedangkan pendidikan adalah usaha sadar orang dewasa dan disengaja serta bertanggung jawab untuk mendewasakan anak yang belum dewasa dan berlangsung secara terus-menerus.
Dari definisi tersebut, dapat dijelaskan sebagai berikut:
a)      Usaha sadar
Ini berarti situasi pendidikan dilaksanakan atas kesadaran si pendidik.
b)      Orang dewasa
Pelaksana pendidikan harus orang dewasa. Pergaulan dengan sesama anak bukan situasi pendidikan, meskipun ada unsur pendidikan di dalamnya.
c)      Disengaja
Ini berarti bahwa proses pendidikan memang sengaja direncanakan secara sistematis dan matang.
d)     Bertanggung jawab
Semua tindakan pendidikan harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral berdasarkan norma-norma yang berlaku.
e)      Dewasa sebagai tujuan
Baik phisik maupun psikis peserta didik harus berlandaskan pancasila dan UUD 1945, agar peserta didik nantinya mampu menjadi WNI yang bik.
f)       Terus-menerus (kontinyu)
1)      Pendidikan dilaksanakan secara berkesinambungan
2)      Pendidikan tidak berhenti (pendidikan seumur hidup)
Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam proses pendidikan ada unsur-unsur yang saling mempengaruhi yaitu guru, murid, tujuan, metode, pembelajaran, dan penilaian yang diatur dengan baik. Dalam pendidikan, baik orang tua/pendidik maupun peserta didik memegang peranan penting di dalam proses pendidikan. Di sini ditekankan kepada orang tua/pendidik agar merencanakan proses pendidikan dengan sebaik-baiknya, sedangkan peserta didik harus aktif mengikuti pembelajaran. Pendidik harus mempu menarik minat peserta didik untuk mengikuti pembelajaran yang berlangsung. Pendidik juga harus rela melayani peserta didik, dengan kesadaran bahwa:
1)      Peserta didik adalah mahluk yang berpribadi, karena itu harus diperlakuka sesuai dengan kepribadiannya.
2)      Peserta didik tidak dapat berkembang dengan sendirinya.
3)      Peserta didik adalah mahluk manusia yang selalu ingin berkembang.
4)      Atas dasar keterbatasan tersebut, peserta didik membutuhkan pertolongan dan bantuan dari pendidik/orang tua.
5.Pergaulan Dalam Keluarga, Sekolah, Dan Masyarakat
a. Pergaulan Dalam Keluarga
              Selama anak belum dewasa, maka orang tua mempunyai peranan pertama dan utama bagi anak-anaknya untuk membawa anak kepada kedewasaan. Orang tua harus memberi contoh yang baik kepada anak karena anak lebih sering mengimitasi segala tingkah laku orang tuanya. Dalam memberikan sugesti kepada anak, orang tua hendaknya tidak dengan cara otoriter, melainkan dengan sistem pergaulan sehingga anak dengan senang hati melaksanakannya. Setiap anak dalam keluarga secara tidak langsung berguru kepada saudaranya, saling belajar tukar-menukar pengalamannya sehingga makin banyak hal-hal yang diketahui oleh anak baik itu baik maupun yang buruk, tentang hak dan kewajibannya, dan sebagainya.
b.   Pergaulan Dalam Sekolah
            Di sekolah, guru sebagai pendidik, dapat mempergunakan wibawanya untuk membawa peserta didik kearah kedewasaan. Menggunakan pergaulan sehari-hari dalam pendidikan adalah cara yang peling efektif dalam pembentukan kepribadian, dan dengan ini hilanglah jurang pemisah antara guru dengan siswa. Kepramukaan yang diadakan di sekolah adalah salah satu organisasi yang mengembangkan cara pergaulan untuk membentuk kepribadian. Suasana pergaulan dalam pramuka adalah suasana paedagogis. Semua perintah dan larangan diberikan dalam suasana yang edukatif. Kegiatan-kegiatan lain di sekolah yang mengandung gejala-gejala pendidikan antara lain OSIS, pelajaran berolahraga, kerja bakti, baris-berbaris, senam, keterampilan, dan sebagainya. Kesemuanya mengharuskan murid berdisiplin dan meningkatkan keahlian.

c.       Pergaulan Dalam Masyarakat
            Masyarakat merupakan tempat pergaulan sesama manusia dan merupakan lapangan pendidikan yang luas dan meluas, yaitu adanya hubungan dua orang atau lebih yang tak terbatas. Ajaran Tonnis membedakan pergaulan dalam Gemeinschaft (persekutuan) dan Gesselschaft (perbuatan). Hubungan yang dibentuk oleh kodrat disebut Gemeinschaf, seperti hubungan antara anak dengan orang tuanya, dengan tokoh masyarakat, dengan tokoh agama, dengan pejabat. Dan hubungan yang dibentuk oleh ikatan organisasi disebut Gesselschaft, seperti hubungan dengan pemimpin, organisasi massa, organisasi kelembagaan, organisasi politik, dan sebagainya. Pergaulan hidup dalam Gemeinschaf cenderung mendewasakan, sehingga dalam pergaulan tersebut mengandung gejala-gejala pendidikan, karena dalam pergaulan tersebut mengarah kepada pengaruh yang positif, menuju kepada tujuan yang mencakup nilai yang tinggi / luhur. 

BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
Pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan yang secara sadar dan disengaja, serta penuh tanggung jawab yang dilakukan oleh orang dewasa kepada anak sehingga timbul interaksi dari keduanya agar anak tersebut mencapai kedewasaan yang dicita-citakan dan berlangsung terus menerus. Bidang yang ditelaah oleh teori pendidikan sebagai ilmu ialah sekitar manusia dan sesamanya yang memiliki kesamaan dan keragaman di dalam fenomena pendidikan. Pendidikan diperlukan oleh semua orang dari anak-anak hingga orang dewasa dan lanjut usia. Karena itu selain cabang pedagogik teoritis sistematis juga terdapat cabang-cabang pedagogik praktis, diantaranya pendidikan formal di sekolah, pendidikan informal dalam keluarga, pendidikan orang dewasa, serta pendidikan non-formal sebagai pelengkap pendidikan jenjang sekolah dan pendidikan orang dewasa maupun lansia.
Pergaulan merupakan lapangan yang memungkinkan terjadinya pendidikan. Pendidikan itu akan muncul di dalam pergaulan antara orang dewasa dengan yang belum dewasa. Kesempatan bergaul wajib diadakan dan dipergunakan dengan sebaik-baiknya, karena kontak langsung ini menimbulkan hubungan yang wajar antara kekuasaan pendidik dan ketaatan peserta didik.

B.     Saran
Pendidikan memerlukan adanya interaksi timbal balik antara pendidik dengan peserta didik. Jika pendidiknya baik maka materi yang disampaikan akan tersampaikan dengan baik pula ke peserta didik. Untuk itu, perlu adanya memperbaiki kualitas guru dan kesejahteraannya. Sebagai pendidik dan calon pendidik hendaknya dapat memahami dengan baik makna dari pendidikan, selalu terbuka dengan ilmu pengetahuan, serta terus menerus meningkatkan pengetahuan dan kompetensinya dalam mendidik. Sehingga kedepannya dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri, serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.

DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi, Drs. 2003. Ilmu Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta
Munib, Achmad. 2011. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang : Unnes Press.

No comments:

Post a Comment