Saturday, September 7, 2013

Ketrampilan Pembelajaran Dalam PKR


A.    Pengertian Hakekat Keterampilan Mengajar  Kelompok  Kecil  dan Perorangan

Keterampilan mengajar kelompok kecil adalah kemampuan guru membimbing murid dalam belajar secara kelompok dengan jumlah  berkisar antara 3 hingga 5 orang atau paling banyak 8 orang untuk setiap  kelompoknya.  Sedangkan keterampilan dalam pengajaran perorangan atau pengajaran individual adalah kemampuan guru dalam membimbing murid dalam belajar secara individual terutama bagi siswa yang mengalami kesulitan belajar atau bermasalah. Dalam belajar secara individual guru bersama murid menentukan tujuan, bahan ajar, prosedur dan waktu yang digunakan dalam pengajaran dengan memperhatikan tuntutan-tuntutan atau perbedaan-perbedaan individual murid.
Hakekat keterampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan adalah terjadinya hubungan interpersonal antara guru dengan murid dan juga murid dengan murid. Dalam keterampilan mengajar ini, murid belajar sesuai dengan kecepatan dan kemampuan masing-masing. Selain itu murid juga mendapat bantuan dari guru sesuai dengan kebutuhannya, dan murid dilibatkan dalam perencanaan kegiatan belajar mengajar. 
 Peran guru dalam mengajar kelompok kecil dan perorangan adalah sebagai organisator kegiatan belajar mengajar, sumber informasi (nara sumber) bagi murid, motivator bagi murid untuk belajar, penyedia materi dan kesempatan belajar (fasilitator) bagi murid, pembimbing kegiatan belajar murid, dan sebagai peserta kegiatan belajar. 

B.     Rasional 
Adapun alasan-alasan perlu dikuasai guru keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan sebagai berikut : 
  • Pada dasarnya murid mempunyai kemampuan dan cara belajar yang berbeda.
  • Pengajaran kelompok kecil dan perorangan memungkinkan terjadinya hubungan antarpribadi yang lebih akrab dan sehat antar guru dengan murid dan murid dengan murid.
  • Kadang-kadang murid dapat lebih mudah belajar dengan cara mengajar temannya atau dengan cara belajar bersama teman seperti mengerjakan tugas bersama dan bertukar pendapat.
  • Kegiatan kelompok kecil memungkinkan murid terlibat lebih aktif dalam belajar, sehingga tanggung jawab murid dalam belajar juga menjadi lebih besar.
  • Sejalan  dengan  kegiatan  kelompok  kecil,  kegiatan  individual   atau   perorangan juga mempunyai berbagai kekuatan.

Dengan adanya beberapa alasan tersebut, dapat dipahami bahwa calon guru SD selain memiliki kemampuan melaksanakan  8 keterampilan-keterampilan mengajar, yang ditetapkan sebagai kompetensi dasar guru, juga harus memiliki keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan. 
 
C.    Variasi Pengorganisasian 
Penggunaan variasi pengorganisasian dimaksudkan agar murid terhindar dari perasaan jenuh dan membosankan, yang menyebabkan perasaan malas menjadi muncul. Dalam mengorganisasi sepantasnya tidak monoton, berulang-ulang, dan menimbulkan rasa kesal pada diri murid. Karena itu variasi pengorganisasian sangat penting dalam upaya memelihara dan meningkatkan kualitas pembelajaran kelas rangkap.  
 Variasi pengorganisasian merupakan keterampilan guru di dalam menggunakan bermacam-macam kemampuan  untuk mewujudkan tujuan belajar peserta didik sekaligus mengatasi kebosananatau kejenuhan dan menimbulkan minat, gairah, dan aktivitas belajar yang efektif. 
 Variasi pengorganisasian, mencakup  penggunaan pola interaksi multi arah artinya antara guru dengan murid, murid dengan guru atau murid dengan murid. Variasi pengorganisasian mencakup pengelompokan siswa, penataan ruang, dan variasi pemanfaat sumber belajar. 
  • Variasi pengelompokan siswa 

Dalam pembelajaran kelas rangkap, keaktifan kelompok merupakan salah satu kunci keberhasilan belajar siswa.. Apabila guru ingin mengaktifkan kelompok sebaiknya guru mengadakan persiapan yang cukup matang. Guru hendaknya terlebih dahulu memahami secara mendalam tujuan yang akan dicapai dan topik yang akan dipelajari siswa. Dengan demikian guru akan dapat menentukan langkah-langkah  yang  harus  ditempuh  siswa, merumuskan masalah yang  menjadi  pusat  perhatian  diskusi,  membimbing  diskusi  kelompok, dan mengadakan variasi dalam pola interaksi dan kegiatan. 
Dalam pelaksanaan pembelajaran kelas rangkap pengelompokkan siswa merupakan suatu keharusan guna menjamin proses belajar siswa agar tetap efektif. Mengenai pengelompokkan belajar siswa ini terdapat beberapa variasi yang dapat dipilih sesuai kebutuhan (UNESCO: 1988), yaitu pengelompokan siswa atas dasar rombongan belajar, kesamaan kemampuan, kemampuan campuran, kesamaan usia, kompatibilitas siswa, dan sesuai kebutuhan pembelajaran. Masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut : 
a)      Pengelompokan murid berdasarkan rombongan belajar  
Dalam hal ini pembagian kelompok berdasarkan kelasnya. Hal ini dilakukan jika dalam pelaksanaan pembelajaran kelas rangkap menggunakan model pengelolaan PKR 111, PKR 211, PKR 221, dan PKR 311 yaitu bentuk pelaksanaan PKR dalam  satu ruangan. Misalnya kelas III, kelas IV, dan kelas V di dalam satu ruangan. Ini berarti dalam satu ruangan ada tiga kelompok/rombongan siswa sesuai kelasnya. Jadi pengelompok tersebut bertolak pada status administrasi siswa, dan pengelompokkan lebih bersifat formal. Pengelompokkan seperti ini memudahkan guru dalam pencatatan kehadiran, penilaian, dan pengaturan tugas, sehingga memudahkan dalam mengadminis-trasikan. Ditinjau dari perlakuan proses pembelajaran cara  tersebut tidak memberi ruang bagi pemanfaatan kemampuan siswa secara silang atau lintas kelas. Selain itu bisa juga terjadi kesukaran membangun kebersamaan dalam belajar manakala pada suatu ketika ada kelas yang siswanya hanya beberapa orang sedang kelas lain siswanya cukup banyak. 
b)      Pengelompokkan murid berdasarkan kesamaan kemampuan 
Kemampuan siswa berbeda satu sama lain. Dari sekian banyak siswa tentu ada yang kemampuannya kurang lebih sama. Data kemampuan siswa dapat diperoleh dari hasil tes  kemampuan atau catatatan prestasi belajar sebelumnya.    Berangkat   dari    hasil   tes   tersebut    murid dikelompokkan ke dalam murid kelompot di atas  rata-rata,  kelompok rata-rata, dan kelompok di bawah rata-rata. Bahan belajar yang diberikan bukan dikemas berdasarkan kelas tetapi atas dasar kemampuan itu sesuai dengan prinsip belajar tuntas atau “mastery learning”. 
c)      Pengelompokan murid berdasarkan kemampuan campuran 
Di kelas sering kita jumpai murid yang memiliki kesamaan bakat dan  keterampilan dalam berbagai bidang yang diperlukan untuk menangani suatu suatu proyek belajar. Misalnya “pembuatan peta”, “memasak  suatu jenis makanan dengan menu tertentu”, dan melakukan suatu percobaan. Diperlukan sejumlah siswa dengan berbagai kemampuan, bakat, dan minat,  dalam setiap kelompoknya. Agar proyek belajar itu  benar-benar dapat ditangani secara bersama-sama dengan pembatasan  tugas sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minatnya. Kelompok ini memanfaatkan perbedaan untuk mencapai suatu tujuan bersama. Pengelompokkan ini lebih bersifat  sementara, sesuai kebutuhan dan tujuan pembelajaran. Dalam kelompok ini murid yang menonjol pada mata suatu pelajaran dapat membantu murid lain yang kemampuannya kurang atau rendah. 
d)     Pengelompokkan murid berdasarkan kesamaan usia 
Murid yang seusianya biasanya memiliki kemampuan dan kecapatan belajar yang hampir sama. Murid suatu kelas  dapat dipecah ke dalam kelompok murid berdasarkan persamaan usia. Pengorganisasian murid SD khususnya dalam pengelompokkan murid dapat dipakai untuk sementara waktu sesuai kebutuhan dan sasaran pembelajaran. Misal siswa kelas III dan IV dalam suatu ruangan usianya ada yang  sama, meskipun jenjang kelas berbeda. 
e)      Pengelompokkan berdasarkan kompatibilitas murid 
Setiap murid memiliki hubungan pertemanan yang didasarkan pada rasa saling menyukai atau rasa persahabatan. Pengelompokkan ini didasarkan adanya kebutuhan pembelajaran, yaitu karena adanya tugas berkaitan dengan kedekatan tempat tinggal. Contoh membuat denah kampung, desa, atau komplek perumahan. 
f)       Pengelompokkan murid sesuai kebutuhan pembelajaran 
Dalam pembelajaran telah dirumuskan tujuannya oleh guru. Tercapainya tujuan itu perlu dukungan dengan pengelompokkan murid sesuai kebutuhannya. Contoh konkrit yaitu; dalam simulasi atau bermain peran atau permainan, murid dikelompokkan sesuai dengan tugas dan atau peran yang harus dilakukan pada saat siswa itu. Pengelompokkan murid sesuai kebutuhan dapat pula dilakukan pada kegiatan karyawisata murid. Dalam karyawisata ada yang bertugas mengamati dan mencatat, mewawancarai dan mencatat, mengambil foto dan sebagainya. 
Dalam pembelajaran kelas rangkap dasar pengelompokan siswa harus divariasi untuk menghindari kejenuhan, kebosonan, dan untuk menum-buhkan gairah belajar.
  • Variasi penataan ruang 
Penerapan PKR dalam satu ruangan memerlukan penataan ruangan yang lebih kompleks dari pada PKR dalam dua atau tiga ruangan. Untuk yang dilaksanakan dalam dua atau tiga ruangan, penataan ruangan dalam hal ini tempat duduk murid dapat papan tulis diatur atas dasar kemudahan guru dalam mengelola secara bergilir kedua atau ketiga ruangan tersebut. Contoh, guru merangkap kelas I, II, dan III, dengan jumlah murid rata-rata 15  maka dapat digunakan ruang kelas I, sedang kelas II dan kelas III digabung di ruang kelas I. karena jumlah siswa sedikit. Tetapi jika jumlah  murid  banyak  diperlukan  dua  ruang  kelas,  sehingga  kelas  II  dan  III  digabung dalam stu ruangan atau kelas I dan II dalam satu ruangan.  Sedangkan penataan ruang untuk pengelolaan PKR dalam satu ruangan selain pertimbangan kemudahan penanganan dua atau tiga rombongan belajar juga pertimbangan pengaturan  iklim kelas dan mekanisme  interaksi guru-siswa, serta peluang saling menggangu. Dalam penataan ruang bisa divariasi model pengelolaan PKR 221, 222, dan 333.
  • Variasi sumber belajar 

Sesuai dengan prinsip khusus PKR yang antara lain menekankan pada perlunya pemanfaatan sumber belajar secara optimal, maka sudah seharusnya disadari perlunya memahami, dan memanfaatkan lingkungan belajar secara optimal. Sumber belajar mencakup segala sesuatu seperti manusia, benda, alam sekitar, masyarakat, kepustakaan, dan hasil kebudayaan yang berpotensi memberi informasi kepada siswa dalam belajar. Berbagai sumber belajar tersebut sebaiknya digunakan secara bervariasi dalam pembelajaran kelas rangkap, sehingga tetap terjaga kegairahan dan motivasi belajar siswa. Contoh, seorang guru mengajar dengan merangkap tiga kelas yaitu kelas IV, V, dan VI maka siswa kelas IV bisa diberi tugas dimana jawaban dapat diperoleh dari sebuah buku di Perpustakaan. Siswa Kelas V diberi tugas dengan mencari jawaban di alam sekitar misal dikebun  sekolah/halaman sekolah, kelas enam diberi tugas yang jawabannya diperoleh dari sumber masyarakat.
  • Variasi model implementasi  

Model 1. Pelajaran diawali dengan pertemuan klasikal untuk memberikan informasi dasar, penjelasan tentang tugas yang akan dikerjakan, serta hal-hal lain yang dianggap perlu. Dalam model 1 ini, setelah pertemuan kelas, murid diberikan kesempatan untuk memilih kegiatan dengan bekerja dalam kelompok atau bekerja secara perorangan. Setelah waktu yang ditetapkan berakhir, pelajaran diakhiri dengan pertemuan  kelas kembali untuk melaporkan segala sesuatu yang telah dilakukan. 
Model 2. Pertemuan diawali dengan pengarahan atau penjelasan  secara klasikal tentang materi, tugas, serta cara yang digunakan. Setelah  itu langsung bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang diakhiri dengan laporan kelompok. 
Model 3. Pertemuan diawali dengan penjelasan secara klasikal. Setelah itu murid langsung bekerja secara perorangan dan kemudian bergabung dalam kelompok-kelompok kecil untuk mengolah hasil yang dicapai dan diakhiri dengan laporan kelompok. 
Model 4. Pertemuan diawali dengan penjelasan klasikal tentang kegiatan atau tugas yang akan dilaksnakan. Setelah itu langsung bekerja secara perorangan. 

D.    Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Mengajar Kelompok Kecil  dan Perorangan 
 Dalam mengajar kelompok kecil dan perorangan harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut : 
  • Pembelajaran dilakukan berdasarkan perbedaan individual : Layanan bimbingan secara individual sangat membantu murid untuk dapat berkembang dan mencapai prestasi belajar secara optimal. Guru yang baik akan memberikan layanan secara khusus kepada murid yang agak lambat menangkap materi pelajaran. Demikian dalam menghadapi perbedaan individual dapat dilakukan melalui pembelajaran kelompok kecil.
  • Memperhatikan dan melayani kebutuhan murid : Guru dalam memberikan perhatian dan melayani murid tidak di sama ratakan. Jika disama ratakan akan terjadi kesenjangan pemenuhan kebutuhan murid. Seyogyanya guru memberikan layanan atau bimbingan belajar kepada murid sesuai dengan perbedaan keperluan yang dimilikinya.
  • Mengupayakan proses belajar mengajar yang aktif dan efektif : Hal ini yang diutamakan dalam pembelajaran, bukan bagaimana guru mengajar, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana guru mengajar agar murid melakukan tindak belajar secara aktif dan efektif. Untuk mengaktifkan dan mengektifkan murid belajar dalam proses belajar mengajar, guru juga harus berusaha secara aktif memberikan bimbingan belajar.
  • Merangsang tumbuh-kembangnya kemampuan optimal murid ; Tugas guru sebagai pendidik di sekolah pada dasar adalah membantu tumbuh-kembangnya murid secara optimal seluruh aspek perkembangan, yaitu baik aspek  intelektual, aspek emosional, aspek  moral, aspek bahasa, aspek sosial, maupun aspek fisik. Semua aspek tersebut tumbuh-kembangnya menjadi  tanggung jawab guru di sekolah.
  • Pergeseran dari pengajaran klasikal ke pengajaran kelompok kecil dan perorangan.  : Bagi guru yang sudah biasa dengan pengajaran klasikal, sebaiknya dimulai dengan pengajaran kelompok, kemudian secara bertahap mengarah kepada pengajaran perorangan. Sedangkan bagi calon guru sebaiknya dimulai dengan pengajaran perorangan, kemudian secara bertahap kepada pengajaran kelompok kecil. Tidak semua topik atau pokok bahasan dapat dipelajari secara efektif dalam kelompok kecil maupun perorangan.
  • Langkah pengajaran kelompok kecil dan perorangan : Dalam pengajaran kelompok kecil, langkah pertama adalah mengorganisasi siswa, sumber, materi, ruangan, serta waktu yang diperlukan, dan diakhiri dengan kegiatan kulminasi yang dapat berupa rangkuman, pemantapan, atau laporan. Kegiatan dalam pengajaran perorangan dapat dilakukan melalui paket belajar atau bahan yang telah disiapkan oleh guru. 
  • Menggunakan berbagai variasi dalam pengorganisasianny : Variasi pengorganisasian mencacup variasi pengelompokan, variasi penataan ruang, dan variasi sumber belajar. Ketiga variasi pengorganisasian tersebut perlu dilakukan dan pembelajaran kelas rangkap.

E.     Komponen Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan 
Keterampilan Mengadakan Pendekatan Secara Pribadi 
a)      Tunjukkan perhatian yang hangat
Dengan menunjukkan kehangatan dan kepekaan terhadap kebutuhan dan perilaku murid, murid selalu merasa bahwa guru selalu berada bersama mereka.
b)      Mendengar pendapat murid
Jika murid berbicara, guru hendaknya menunjukkan sikap bahwa ia memang mendengarkan dengan penuh perhatian apa yang dikeukakan oleh murid, memang cukup penting dan mendapat perhatian dari guru. 
c)      Berikan respon yang positif
Respon positif akan memberikan penguatan bagi murid untuk lebih meningkatkan upayanya dalam berprestasi dan belajar lebih giat. Murid akan memiliki keberanian  berpartisipasi aktif dan kreatif dalam pembelajaran. 
d)     Ciptakan hubungan saling percaya
Membangun hubungan saling mempercayai bagi guru sangat penting agar siswa mau mengungkapkan kesulitan-kesulitan ataupun persoalan yang dihadapi. 
e)      Tunjukkan kesediaan membantu murid
Kesiapan ini dapat   ditunjukkan dengan berbagai cara antara lain, mendatangi murid yang kelihatan kebingungan, menanggapi pertanyaan murid dengan penuh kehangatan, dan menunjukkan atau memberikan sumber belajar yang diperlukan oleh murid. 
f)       Bersikap terbuka terhadap perasaan murid
Memahami perasaan murid merupakan pekerjaan yang memerlukan usaha dan ketulusan dari guru.
g)      Kendalikan situasi agar murid merasa aman
Penciptaan situasi belajar yang aman dan menyenangkan bagi murid sangat tergantung dari kemampuan guru untuk menerapkan berbagai keterampilan dasar mengajar.

F.     Keterampilan Mengorganisasikan Kegiatan 
Mengorganisasikan kegiatan mengandung arti merancang, mengatur, dan mengendalikan kegiatan belajar pembelajaran yang tepat. Guru berperan sebagai organisator yang mengatur dan memonitor kegiatan dari awal sampai akhir. Untuk itu guru perlu memperhatikan dan melakukan hal-hal sebagai berikut : 
  • Adakan pengenalan umum mengenai isi dan latar kegiatan belajar yang  akan dilaksanakan. Meliputi pemberian orientasi umum tentang tujuan,  tugas, cara kerja, waktu, tempat kerja, dan sebagainya sebelum kegiatan kelompok atau perorangan di mulai.
  • Gunakan variasi kegiatan sesuai kebutuhan. Memvariasikan kegiatan yang mencakup penyediaan ruangan, peralatan, dan cara melaksana-kannya. Setiap jenis kegiatan harus dipersiapkan sumber/sarana yang perlu digunakan, cara kerja, aturan yang perlu diikuti, tempat kerja, serta alokasi waktu.
  • Adakan pengelompokan murid yang sesuai dengan tujuan. Pengelompokkan murid dibentuk secara tepat agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
  • Koordinasi kegiatan. Mengkoordinasi kegiatan dengan cara melihat kemajuan murid dari awal sampai akhir kegiatan.
  • Berikan perhatian pada berbagai tugas yang diberikan. Keterampilan ini tentu erat sekali  dengan sikap tanggap dan peka terhadap kebutuhan/kondisi murid, sehingga murid selalu merasa bahwa guru ada bersama mereka, karena bantuan yang mereka perlukan selalu diberikan pada saat yang tepat.
  • Usahakan agar pada akhir kegiatan selalu ada penyimpulan.. Sehingga murid memperoleh gambaran tentang inti pokok materi pela-jaran yang dibahasnya.


G.    Keterampilan Membimbing dan Memudahkan Belajar 
Di dalam belajar murid memerlukan bimbingan dan kemudahan. Bimbingan berfungsi memberi jalan bagaimana sebaiknya murid mempela-jari sesuatu. Kemudahan belajar berfungsi memberikan suasana yang mendorong murid untuk meningkatkan aktivitas belajar. Keterampilan ini memungkinkan guru membantu murid untuk maju tanpa mengalami frustrasi. Untuk itu guru perlu memperhatikan dan melakukan hal-hal sebagai berikut :
  • Berikan penguatan terhadap perilaku murid yang baik. Penguatan yang diberikan haruslah bermakna, hangat,tepat sasaran, bervariasi, dan diberikan segera setelah murid menunjukkan perilaku (jawaban, tugas, dan lain-lain) yang diharapkan.
  •  Melakukan supervisi proses awal dan bersikap tanggap terhadap keadaan murid. Guru dapat mengembangkan supervisi proses awal, yakni sikap tanggap guru terhadap murid baik individu maupun kelompok yang memungkinkan guru mengetahui apa-kah segala sesuatu berjalan lancar sesuai dengan yang dihadapkan.
  • Melakukan supervisi proses lanjut. Hal yang dapat dilakukan dalam bentuk-bentuk berikut :

a)      Memberi pelajaran tambahan atau bimbingan belajar (tutorial). Misalnya untuk konsep/topik yang sukar dipahami. 
b)      Melibatkan diri sebagai peserta aktif dari kelompok yang mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan anggota kelompok lain. Kehadiran guru dalam kelompok akan mendorong murid untuk lebih aktif. 
c)      Memimpin diskusi kelompok kecil, jika diperlukan. 
d)     Bertindak sebagai katalisator, yaitu meningkatkan kemampuan siswa untuk berpikir/belajar melalui pertanyaan, komentar, dan saran-saran.
Mengadakan supervisi pemanduan, yang bertujuan untuk menilai pencapaian tujuan kegiatan serta menyiagakan untuk mengikuti kegiatan akhir. Dilakukan dengan mendatangi kelompok, menilai kemajuannya, dan menyiapkan mereka untuk mengikuti kegiatan akhir cara yang efektif.

H.    Keterampilan  Merencanakan  dan  Melaksanakan  Kegiatan  Belajar Mengajar 
Kegiatan guru dalam pembelajaran seperti membuka pelajaran, menyajikan kegiatan inti, membimbing peserta didik dan mengevaluasinya, hendaknya diatur dengan baik dan penuh kesungguhan. Yang dimaksud dengan merencanakan atau desain kegiatan belajar mengajar dalam pembelajaran kelas rangkap adalah kerangka pikir yang melukiskan bentuk penataan kegiatan belajar siswa dalam rangka pencapaian tujuan belajar 
Untuk membuat perencanaan yang tepat, guru dituntut mampu mendiagnosis kemampuan akademis murid, memahami gaya belajar-mengajar, minat murid, dan sebagainya. Berdasarkan hasil diagnosis tersebut guru diharapkan mampu menetapkan kondisi dan tuntutan belajar berupa belajar mandiri, paket kegiatan belajar, belajar dengan tutorial teman sebaya, simulasi, dan sebagainya yang semuanya memandu murid untuk menghayati pengalaman bekerja sama atau bekerja dengan pengarahan sendiri.   Keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar ini mencakup:
  • Membantu murid menetapkan tujuan pelajaran dan menstimulasi murid untuk mencapai tujuan tersebut. Untuk maksud tersebut dapat dilakukan dengan diskusi atau menyediakan bahan-bahan yang menarik, yang mampu mendorong murid untuk mencapai tujuan tersebut.
  • Merencanakan kegiatan belajar mengajar bersama murid. Perencanaan yang dibuat haruslah mencakup kriteria keberhasilan, langkah-langkah kerja, waktu, serta kondisi belajar yang diperlukan. Misalnya, jika Anda akan merencanakan kegiatan untuk kelas III dan kelas IV, berdasarkan hasil diagnosis, Anda meminta kelas IV untuk mengerjakan soal-soal matematika dari buku paket selama 30 menit. Murid yang sudah selesai dapat mencocokkan pekerjaannya dengan kunci yang ada di meja guru. Jawaban yang masih salah diperbaiki kembali oleh murid. Kelas III, akan bekerja dalam kelompok, diawali dengan masing-masing membaca wacana, kemudian mendiskusikan jawaban pertanyaan yang diberikan oleh guru. Pada akhir pelajaran, setiap kelompok melaporkan hasil diskusi.
  • Bertindak atau berperan sebagai penasehat bagi murid bila diperlukan. Guru dapat memberikan bantuan yang tepat jika guru mampu berinteraksi secara efektif dengan murid, sehingga murid mau mengungkapkan masalahnya. Kemudian, guru dapat memberikan saran/nasehat yang kira-kira dapat mengarahkan murid ke arah belajar yang lebih baik.
  • Membantu murid menilai pencapaian dan kemajuannya sendiri. Ini berarti memberi kesempatan kepada murid untuk memperbaiki dirinya sendiri yang merupakan kerja sama guru dengan murid dalam situasi pendidikan yang manusiawi.

Dari empat kelompok keterampilan di atas dapat disimak bahwa mengajar kelompok kecil dan perorangan mempersyaratkan penguasaan keterampilan yang cukup kompleks. Seorang guru perlu menguasai keterampilan dasar mengajar sebelumnya, yaitu keterampilan bertanya, memberi penguatan, mengadakan variasi, menjelaskan, membuka dan menutup pelajaran, membimbing diskusi kelompok kecil, dan mengelola kelas. 

Dalam penerapannya, kelompok keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan masing-masing mempunyai tekanan yang berbeda. Keterampilan mengorganisasikan kegiatan serta membimbing dan memudahkan belajar lebih banyak terkait dengan mengajar kelompok kecil, sedangkan keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi serta merencanakan dan melaksanakan kegiatan lebih banyak terkait dengan pembelajaran perorangan.  

1 comment: