A. Pengertian
Hakekat Keterampilan Mengajar
Kelompok Kecil dan Perorangan
Keterampilan
mengajar kelompok kecil adalah kemampuan guru membimbing murid dalam belajar
secara kelompok dengan jumlah berkisar
antara 3 hingga 5 orang atau paling banyak 8 orang untuk setiap kelompoknya.
Sedangkan keterampilan dalam pengajaran perorangan atau pengajaran
individual adalah kemampuan guru dalam membimbing murid dalam belajar secara
individual terutama bagi siswa yang mengalami kesulitan belajar atau
bermasalah. Dalam belajar secara individual guru bersama murid menentukan
tujuan, bahan ajar, prosedur dan waktu yang digunakan dalam pengajaran dengan
memperhatikan tuntutan-tuntutan atau perbedaan-perbedaan individual murid.
Hakekat
keterampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan adalah terjadinya
hubungan interpersonal antara guru dengan murid dan juga murid dengan murid.
Dalam keterampilan mengajar ini, murid belajar sesuai dengan kecepatan dan
kemampuan masing-masing. Selain itu murid juga mendapat bantuan dari guru
sesuai dengan kebutuhannya, dan murid dilibatkan dalam perencanaan kegiatan
belajar mengajar.
Peran guru dalam mengajar kelompok kecil dan
perorangan adalah sebagai organisator kegiatan belajar mengajar, sumber
informasi (nara sumber) bagi murid, motivator bagi murid untuk belajar,
penyedia materi dan kesempatan belajar (fasilitator) bagi murid, pembimbing
kegiatan belajar murid, dan sebagai peserta kegiatan belajar.
B. Rasional
Adapun
alasan-alasan perlu dikuasai guru keterampilan mengajar kelompok kecil dan
perorangan sebagai berikut :
- Pada dasarnya murid mempunyai kemampuan dan cara belajar yang berbeda.
- Pengajaran kelompok kecil dan perorangan memungkinkan terjadinya hubungan antarpribadi yang lebih akrab dan sehat antar guru dengan murid dan murid dengan murid.
- Kadang-kadang murid dapat lebih mudah belajar dengan cara mengajar temannya atau dengan cara belajar bersama teman seperti mengerjakan tugas bersama dan bertukar pendapat.
- Kegiatan kelompok kecil memungkinkan murid terlibat lebih aktif dalam belajar, sehingga tanggung jawab murid dalam belajar juga menjadi lebih besar.
- Sejalan dengan kegiatan kelompok kecil, kegiatan individual atau perorangan juga mempunyai berbagai kekuatan.
Dengan adanya
beberapa alasan tersebut, dapat dipahami bahwa calon guru SD selain memiliki
kemampuan melaksanakan 8
keterampilan-keterampilan mengajar, yang ditetapkan sebagai kompetensi dasar
guru, juga harus memiliki keterampilan mengajar kelompok kecil dan
perorangan.
C. Variasi
Pengorganisasian
Penggunaan variasi
pengorganisasian dimaksudkan agar murid terhindar dari perasaan jenuh dan
membosankan, yang menyebabkan perasaan malas menjadi muncul. Dalam
mengorganisasi sepantasnya tidak monoton, berulang-ulang, dan menimbulkan rasa
kesal pada diri murid. Karena itu variasi pengorganisasian sangat penting dalam
upaya memelihara dan meningkatkan kualitas pembelajaran kelas rangkap.
Variasi pengorganisasian merupakan
keterampilan guru di dalam menggunakan bermacam-macam kemampuan untuk mewujudkan tujuan belajar peserta didik
sekaligus mengatasi kebosananatau kejenuhan dan menimbulkan minat, gairah, dan
aktivitas belajar yang efektif.
Variasi pengorganisasian, mencakup penggunaan pola interaksi multi arah artinya
antara guru dengan murid, murid dengan guru atau murid dengan murid. Variasi
pengorganisasian mencakup pengelompokan siswa, penataan ruang, dan variasi
pemanfaat sumber belajar.
- Variasi pengelompokan siswa
Dalam pembelajaran
kelas rangkap, keaktifan kelompok merupakan salah satu kunci keberhasilan
belajar siswa.. Apabila guru ingin mengaktifkan kelompok sebaiknya guru
mengadakan persiapan yang cukup matang. Guru hendaknya terlebih dahulu memahami
secara mendalam tujuan yang akan dicapai dan topik yang akan dipelajari siswa.
Dengan demikian guru akan dapat menentukan langkah-langkah yang
harus ditempuh siswa, merumuskan masalah yang menjadi
pusat perhatian diskusi,
membimbing diskusi kelompok, dan mengadakan variasi dalam pola
interaksi dan kegiatan.
Dalam pelaksanaan
pembelajaran kelas rangkap pengelompokkan siswa merupakan suatu keharusan guna
menjamin proses belajar siswa agar tetap efektif. Mengenai pengelompokkan
belajar siswa ini terdapat beberapa variasi yang dapat dipilih sesuai kebutuhan
(UNESCO: 1988), yaitu pengelompokan siswa atas dasar rombongan belajar,
kesamaan kemampuan, kemampuan campuran, kesamaan usia, kompatibilitas siswa,
dan sesuai kebutuhan pembelajaran. Masing-masing dapat dijelaskan sebagai
berikut :
a)
Pengelompokan
murid berdasarkan rombongan belajar
Dalam hal ini
pembagian kelompok berdasarkan kelasnya. Hal ini dilakukan jika dalam
pelaksanaan pembelajaran kelas rangkap menggunakan model pengelolaan PKR 111,
PKR 211, PKR 221, dan PKR 311 yaitu bentuk pelaksanaan PKR dalam satu ruangan. Misalnya kelas III, kelas IV,
dan kelas V di dalam satu ruangan. Ini berarti dalam satu ruangan ada tiga
kelompok/rombongan siswa sesuai kelasnya. Jadi pengelompok tersebut bertolak
pada status administrasi siswa, dan pengelompokkan lebih bersifat formal.
Pengelompokkan seperti ini memudahkan guru dalam pencatatan kehadiran,
penilaian, dan pengaturan tugas, sehingga memudahkan dalam
mengadminis-trasikan. Ditinjau dari perlakuan proses pembelajaran cara tersebut tidak memberi ruang bagi pemanfaatan
kemampuan siswa secara silang atau lintas kelas. Selain itu bisa juga terjadi
kesukaran membangun kebersamaan dalam belajar manakala pada suatu ketika ada
kelas yang siswanya hanya beberapa orang sedang kelas lain siswanya cukup
banyak.
b)
Pengelompokkan
murid berdasarkan kesamaan kemampuan
Kemampuan siswa
berbeda satu sama lain. Dari sekian banyak siswa tentu ada yang kemampuannya
kurang lebih sama. Data kemampuan siswa dapat diperoleh dari hasil tes kemampuan atau catatatan prestasi belajar
sebelumnya. Berangkat dari hasil
tes tersebut murid dikelompokkan ke dalam murid kelompot
di atas rata-rata, kelompok rata-rata, dan kelompok di bawah
rata-rata. Bahan belajar yang diberikan bukan dikemas berdasarkan kelas tetapi
atas dasar kemampuan itu sesuai dengan prinsip belajar tuntas atau “mastery
learning”.
c)
Pengelompokan
murid berdasarkan kemampuan campuran
Di kelas sering
kita jumpai murid yang memiliki kesamaan bakat dan keterampilan dalam berbagai bidang yang
diperlukan untuk menangani suatu suatu proyek belajar. Misalnya “pembuatan
peta”, “memasak suatu jenis makanan
dengan menu tertentu”, dan melakukan suatu percobaan. Diperlukan sejumlah siswa
dengan berbagai kemampuan, bakat, dan minat,
dalam setiap kelompoknya. Agar proyek belajar itu benar-benar dapat ditangani secara
bersama-sama dengan pembatasan tugas
sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minatnya. Kelompok ini memanfaatkan
perbedaan untuk mencapai suatu tujuan bersama. Pengelompokkan ini lebih
bersifat sementara, sesuai kebutuhan dan
tujuan pembelajaran. Dalam kelompok ini murid yang menonjol pada mata suatu
pelajaran dapat membantu murid lain yang kemampuannya kurang atau rendah.
d)
Pengelompokkan
murid berdasarkan kesamaan usia
Murid yang seusianya biasanya memiliki kemampuan dan
kecapatan belajar yang hampir sama. Murid suatu kelas dapat dipecah ke dalam kelompok murid
berdasarkan persamaan usia. Pengorganisasian murid SD khususnya dalam pengelompokkan
murid dapat dipakai untuk sementara waktu sesuai kebutuhan dan sasaran
pembelajaran. Misal siswa kelas III dan IV dalam suatu ruangan usianya ada
yang sama, meskipun jenjang kelas
berbeda.
e)
Pengelompokkan
berdasarkan kompatibilitas murid
Setiap murid memiliki hubungan pertemanan yang didasarkan
pada rasa saling menyukai atau rasa persahabatan. Pengelompokkan ini didasarkan
adanya kebutuhan pembelajaran, yaitu karena adanya tugas berkaitan dengan
kedekatan tempat tinggal. Contoh membuat denah kampung, desa, atau komplek
perumahan.
f)
Pengelompokkan
murid sesuai kebutuhan pembelajaran
Dalam pembelajaran telah dirumuskan tujuannya oleh guru.
Tercapainya tujuan itu perlu dukungan dengan pengelompokkan murid sesuai
kebutuhannya. Contoh konkrit yaitu; dalam simulasi atau bermain peran atau
permainan, murid dikelompokkan sesuai dengan tugas dan atau peran yang harus
dilakukan pada saat siswa itu. Pengelompokkan murid sesuai kebutuhan dapat pula
dilakukan pada kegiatan karyawisata murid. Dalam karyawisata ada yang bertugas
mengamati dan mencatat, mewawancarai dan mencatat, mengambil foto dan
sebagainya.
Dalam pembelajaran kelas rangkap dasar pengelompokan
siswa harus divariasi untuk menghindari kejenuhan, kebosonan, dan untuk
menum-buhkan gairah belajar.
- Variasi penataan ruang
- Variasi sumber belajar
Sesuai dengan
prinsip khusus PKR yang antara lain menekankan pada perlunya pemanfaatan sumber
belajar secara optimal, maka sudah seharusnya disadari perlunya memahami, dan
memanfaatkan lingkungan belajar secara optimal. Sumber belajar mencakup segala
sesuatu seperti manusia, benda, alam sekitar, masyarakat, kepustakaan, dan
hasil kebudayaan yang berpotensi memberi informasi kepada siswa dalam belajar.
Berbagai sumber belajar tersebut sebaiknya digunakan secara bervariasi dalam
pembelajaran kelas rangkap, sehingga tetap terjaga kegairahan dan motivasi
belajar siswa. Contoh, seorang guru mengajar dengan merangkap tiga kelas yaitu
kelas IV, V, dan VI maka siswa kelas IV bisa diberi tugas dimana jawaban dapat
diperoleh dari sebuah buku di Perpustakaan. Siswa Kelas V diberi tugas dengan
mencari jawaban di alam sekitar misal dikebun
sekolah/halaman sekolah, kelas enam diberi tugas yang jawabannya
diperoleh dari sumber masyarakat.
- Variasi model implementasi
Model 1. Pelajaran
diawali dengan pertemuan klasikal untuk memberikan informasi dasar, penjelasan
tentang tugas yang akan dikerjakan, serta hal-hal lain yang dianggap perlu.
Dalam model 1 ini, setelah pertemuan kelas, murid diberikan kesempatan untuk
memilih kegiatan dengan bekerja dalam kelompok atau bekerja secara perorangan.
Setelah waktu yang ditetapkan berakhir, pelajaran diakhiri dengan
pertemuan kelas kembali untuk melaporkan
segala sesuatu yang telah dilakukan.
Model 2. Pertemuan
diawali dengan pengarahan atau penjelasan
secara klasikal tentang materi, tugas, serta cara yang digunakan.
Setelah itu langsung bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil yang diakhiri dengan laporan kelompok.
Model 3. Pertemuan
diawali dengan penjelasan secara klasikal. Setelah itu murid langsung bekerja
secara perorangan dan kemudian bergabung dalam kelompok-kelompok kecil untuk
mengolah hasil yang dicapai dan diakhiri dengan laporan kelompok.
Model 4. Pertemuan
diawali dengan penjelasan klasikal tentang kegiatan atau tugas yang akan
dilaksnakan. Setelah itu langsung bekerja secara perorangan.
D. Hal-hal
yang Perlu Diperhatikan Dalam Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan
Dalam mengajar kelompok kecil dan perorangan
harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
- Pembelajaran dilakukan berdasarkan perbedaan individual : Layanan bimbingan secara individual sangat membantu murid untuk dapat berkembang dan mencapai prestasi belajar secara optimal. Guru yang baik akan memberikan layanan secara khusus kepada murid yang agak lambat menangkap materi pelajaran. Demikian dalam menghadapi perbedaan individual dapat dilakukan melalui pembelajaran kelompok kecil.
- Memperhatikan dan melayani kebutuhan murid : Guru dalam memberikan perhatian dan melayani murid tidak di sama ratakan. Jika disama ratakan akan terjadi kesenjangan pemenuhan kebutuhan murid. Seyogyanya guru memberikan layanan atau bimbingan belajar kepada murid sesuai dengan perbedaan keperluan yang dimilikinya.
- Mengupayakan proses belajar mengajar yang aktif dan efektif : Hal ini yang diutamakan dalam pembelajaran, bukan bagaimana guru mengajar, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana guru mengajar agar murid melakukan tindak belajar secara aktif dan efektif. Untuk mengaktifkan dan mengektifkan murid belajar dalam proses belajar mengajar, guru juga harus berusaha secara aktif memberikan bimbingan belajar.
- Merangsang tumbuh-kembangnya kemampuan optimal murid ; Tugas guru sebagai pendidik di sekolah pada dasar adalah membantu tumbuh-kembangnya murid secara optimal seluruh aspek perkembangan, yaitu baik aspek intelektual, aspek emosional, aspek moral, aspek bahasa, aspek sosial, maupun aspek fisik. Semua aspek tersebut tumbuh-kembangnya menjadi tanggung jawab guru di sekolah.
- Pergeseran dari pengajaran klasikal ke pengajaran kelompok kecil dan perorangan. : Bagi guru yang sudah biasa dengan pengajaran klasikal, sebaiknya dimulai dengan pengajaran kelompok, kemudian secara bertahap mengarah kepada pengajaran perorangan. Sedangkan bagi calon guru sebaiknya dimulai dengan pengajaran perorangan, kemudian secara bertahap kepada pengajaran kelompok kecil. Tidak semua topik atau pokok bahasan dapat dipelajari secara efektif dalam kelompok kecil maupun perorangan.
- Langkah pengajaran kelompok kecil dan perorangan : Dalam pengajaran kelompok kecil, langkah pertama adalah mengorganisasi siswa, sumber, materi, ruangan, serta waktu yang diperlukan, dan diakhiri dengan kegiatan kulminasi yang dapat berupa rangkuman, pemantapan, atau laporan. Kegiatan dalam pengajaran perorangan dapat dilakukan melalui paket belajar atau bahan yang telah disiapkan oleh guru.
- Menggunakan berbagai variasi dalam pengorganisasianny : Variasi pengorganisasian mencacup variasi pengelompokan, variasi penataan ruang, dan variasi sumber belajar. Ketiga variasi pengorganisasian tersebut perlu dilakukan dan pembelajaran kelas rangkap.
E. Komponen
Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan
Keterampilan
Mengadakan Pendekatan Secara Pribadi
a) Tunjukkan perhatian yang hangat
Dengan menunjukkan kehangatan dan kepekaan terhadap
kebutuhan dan perilaku murid, murid selalu merasa bahwa guru selalu berada
bersama mereka.
b)
Mendengar
pendapat murid
Jika murid berbicara, guru hendaknya menunjukkan sikap
bahwa ia memang mendengarkan dengan penuh perhatian apa yang dikeukakan oleh
murid, memang cukup penting dan mendapat perhatian dari guru.
c)
Berikan
respon yang positif
Respon positif akan memberikan penguatan bagi murid untuk
lebih meningkatkan upayanya dalam berprestasi dan belajar lebih giat. Murid
akan memiliki keberanian berpartisipasi
aktif dan kreatif dalam pembelajaran.
d)
Ciptakan
hubungan saling percaya
Membangun hubungan saling mempercayai bagi guru sangat
penting agar siswa mau mengungkapkan kesulitan-kesulitan ataupun persoalan yang
dihadapi.
e)
Tunjukkan
kesediaan membantu murid
Kesiapan ini
dapat ditunjukkan dengan berbagai cara
antara lain, mendatangi murid yang kelihatan kebingungan, menanggapi pertanyaan
murid dengan penuh kehangatan, dan menunjukkan atau memberikan sumber belajar
yang diperlukan oleh murid.
f)
Bersikap
terbuka terhadap perasaan murid
Memahami perasaan murid merupakan pekerjaan yang
memerlukan usaha dan ketulusan dari guru.
g)
Kendalikan
situasi agar murid merasa aman
Penciptaan situasi
belajar yang aman dan menyenangkan bagi murid sangat tergantung dari kemampuan
guru untuk menerapkan berbagai keterampilan dasar mengajar.
F. Keterampilan
Mengorganisasikan Kegiatan
Mengorganisasikan kegiatan mengandung arti merancang,
mengatur, dan mengendalikan kegiatan belajar pembelajaran yang tepat. Guru
berperan sebagai organisator yang mengatur dan memonitor kegiatan dari awal
sampai akhir. Untuk itu guru perlu memperhatikan dan melakukan hal-hal sebagai
berikut :
- Adakan pengenalan umum mengenai isi dan latar kegiatan belajar yang akan dilaksanakan. Meliputi pemberian orientasi umum tentang tujuan, tugas, cara kerja, waktu, tempat kerja, dan sebagainya sebelum kegiatan kelompok atau perorangan di mulai.
- Gunakan variasi kegiatan sesuai kebutuhan. Memvariasikan kegiatan yang mencakup penyediaan ruangan, peralatan, dan cara melaksana-kannya. Setiap jenis kegiatan harus dipersiapkan sumber/sarana yang perlu digunakan, cara kerja, aturan yang perlu diikuti, tempat kerja, serta alokasi waktu.
- Adakan pengelompokan murid yang sesuai dengan tujuan. Pengelompokkan murid dibentuk secara tepat agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
- Koordinasi kegiatan. Mengkoordinasi kegiatan dengan cara melihat kemajuan murid dari awal sampai akhir kegiatan.
- Berikan perhatian pada berbagai tugas yang diberikan. Keterampilan ini tentu erat sekali dengan sikap tanggap dan peka terhadap kebutuhan/kondisi murid, sehingga murid selalu merasa bahwa guru ada bersama mereka, karena bantuan yang mereka perlukan selalu diberikan pada saat yang tepat.
- Usahakan agar pada akhir kegiatan selalu ada penyimpulan.. Sehingga murid memperoleh gambaran tentang inti pokok materi pela-jaran yang dibahasnya.
G. Keterampilan
Membimbing dan Memudahkan Belajar
Di dalam belajar
murid memerlukan bimbingan dan kemudahan. Bimbingan berfungsi memberi jalan
bagaimana sebaiknya murid mempela-jari sesuatu. Kemudahan belajar berfungsi
memberikan suasana yang mendorong murid untuk meningkatkan aktivitas belajar.
Keterampilan ini memungkinkan guru membantu murid untuk maju tanpa mengalami
frustrasi. Untuk itu guru perlu memperhatikan dan melakukan hal-hal sebagai
berikut :
- Berikan penguatan terhadap perilaku murid yang baik. Penguatan yang diberikan haruslah bermakna, hangat,tepat sasaran, bervariasi, dan diberikan segera setelah murid menunjukkan perilaku (jawaban, tugas, dan lain-lain) yang diharapkan.
- Melakukan supervisi proses awal dan bersikap tanggap terhadap keadaan murid. Guru dapat mengembangkan supervisi proses awal, yakni sikap tanggap guru terhadap murid baik individu maupun kelompok yang memungkinkan guru mengetahui apa-kah segala sesuatu berjalan lancar sesuai dengan yang dihadapkan.
- Melakukan supervisi proses lanjut. Hal yang dapat dilakukan dalam bentuk-bentuk berikut :
a)
Memberi
pelajaran tambahan atau bimbingan belajar (tutorial). Misalnya untuk
konsep/topik yang sukar dipahami.
b)
Melibatkan
diri sebagai peserta aktif dari kelompok yang mempunyai hak dan kewajiban yang
sama dengan anggota kelompok lain. Kehadiran guru dalam kelompok akan mendorong
murid untuk lebih aktif.
c)
Memimpin
diskusi kelompok kecil, jika diperlukan.
d)
Bertindak
sebagai katalisator, yaitu meningkatkan kemampuan siswa untuk berpikir/belajar
melalui pertanyaan, komentar, dan saran-saran.
Mengadakan supervisi pemanduan, yang bertujuan untuk menilai pencapaian tujuan kegiatan serta menyiagakan untuk mengikuti kegiatan akhir. Dilakukan dengan mendatangi kelompok, menilai kemajuannya, dan menyiapkan mereka untuk mengikuti kegiatan akhir cara yang efektif.
H. Keterampilan Merencanakan
dan Melaksanakan Kegiatan
Belajar Mengajar
Kegiatan guru dalam
pembelajaran seperti membuka pelajaran, menyajikan kegiatan inti, membimbing
peserta didik dan mengevaluasinya, hendaknya diatur dengan baik dan penuh
kesungguhan. Yang dimaksud dengan merencanakan atau desain kegiatan belajar
mengajar dalam pembelajaran kelas rangkap adalah kerangka pikir yang melukiskan
bentuk penataan kegiatan belajar siswa dalam rangka pencapaian tujuan
belajar
Untuk membuat
perencanaan yang tepat, guru dituntut mampu mendiagnosis kemampuan akademis
murid, memahami gaya belajar-mengajar, minat murid, dan sebagainya. Berdasarkan
hasil diagnosis tersebut guru diharapkan mampu menetapkan kondisi dan tuntutan
belajar berupa belajar mandiri, paket kegiatan belajar, belajar dengan tutorial
teman sebaya, simulasi, dan sebagainya yang semuanya memandu murid untuk
menghayati pengalaman bekerja sama atau bekerja dengan pengarahan sendiri. Keterampilan merencanakan dan melaksanakan
kegiatan belajar mengajar ini mencakup:
- Membantu murid menetapkan tujuan pelajaran dan menstimulasi murid untuk mencapai tujuan tersebut. Untuk maksud tersebut dapat dilakukan dengan diskusi atau menyediakan bahan-bahan yang menarik, yang mampu mendorong murid untuk mencapai tujuan tersebut.
- Merencanakan kegiatan belajar mengajar bersama murid. Perencanaan yang dibuat haruslah mencakup kriteria keberhasilan, langkah-langkah kerja, waktu, serta kondisi belajar yang diperlukan. Misalnya, jika Anda akan merencanakan kegiatan untuk kelas III dan kelas IV, berdasarkan hasil diagnosis, Anda meminta kelas IV untuk mengerjakan soal-soal matematika dari buku paket selama 30 menit. Murid yang sudah selesai dapat mencocokkan pekerjaannya dengan kunci yang ada di meja guru. Jawaban yang masih salah diperbaiki kembali oleh murid. Kelas III, akan bekerja dalam kelompok, diawali dengan masing-masing membaca wacana, kemudian mendiskusikan jawaban pertanyaan yang diberikan oleh guru. Pada akhir pelajaran, setiap kelompok melaporkan hasil diskusi.
- Bertindak atau berperan sebagai penasehat bagi murid bila diperlukan. Guru dapat memberikan bantuan yang tepat jika guru mampu berinteraksi secara efektif dengan murid, sehingga murid mau mengungkapkan masalahnya. Kemudian, guru dapat memberikan saran/nasehat yang kira-kira dapat mengarahkan murid ke arah belajar yang lebih baik.
- Membantu murid menilai pencapaian dan kemajuannya sendiri. Ini berarti memberi kesempatan kepada murid untuk memperbaiki dirinya sendiri yang merupakan kerja sama guru dengan murid dalam situasi pendidikan yang manusiawi.
Dari empat kelompok
keterampilan di atas dapat disimak bahwa mengajar kelompok kecil dan perorangan
mempersyaratkan penguasaan keterampilan yang cukup kompleks. Seorang guru perlu
menguasai keterampilan dasar mengajar sebelumnya, yaitu keterampilan bertanya,
memberi penguatan, mengadakan variasi, menjelaskan, membuka dan menutup
pelajaran, membimbing diskusi kelompok kecil, dan mengelola kelas.
Dalam penerapannya,
kelompok keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan masing-masing
mempunyai tekanan yang berbeda. Keterampilan mengorganisasikan kegiatan serta
membimbing dan memudahkan belajar lebih banyak terkait dengan mengajar kelompok
kecil, sedangkan keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi serta
merencanakan dan melaksanakan kegiatan lebih banyak terkait dengan pembelajaran
perorangan.