Thursday, September 5, 2013

Evaluasi Pembelajaran IPS SD

A.    Kedudukan Evaluasi dalam Pembelajaran IPS
Kegiatan sistematik belum berusia satu abad penih ketika usaha tersebut pertama kali dilakukan oleh “rice” akhir abad 19 Tayler yang pada mulanya masih menggunakan istilah pengukuran (measurement) diganti evaluasi. Sejak itu evaluasi menguasai buku teks-teks pendidikan.
Bagi Tayler (1949), Cronbach (1963), Tayler dan Mugure (1966), Scriven (1967) dan Stake (1967) evaluasi adalah suatu kegiatan untuk menentukan nilai suatu program. Menurut Stake, evaluasi adalah pengkajian terhadap nilai setiap program pengajaran, pengkajian tersebut sangat tergantung dari nilai langsung tes yang obyektif dan atas pertimbangan yang subjektif.
Menurut Bloom dan kawan-kawan dalam buku yang terkenal yaitu handbook onformative and summative evaluation of student learning yang khusus membicarakan evaluasi hasil belajar. Evaluasi adalah pengumpulan bukti-bukti yang cukup untuk dijadikan dasar dalam menetapkan ada atau tidak perubahan-perubahan dan tingkat perubahan yang terjadi pada diri anak didik. Dari penjelasan di atas disimpulkan bahwa evaluasi adalah suatu kegiatan pengumpulan data mengenai belajar yang dilakukan secara sistematis dan menurut prosedur tertentu untuk dapat memberikan arti mengenai berbagai aspek belajar yaitu aspek perolehan dalam belajar.
Istilah Pengukuran
Menurut Popham (1975) dalam buku educationa / evaluation hal. 9 dari buku itu dia menulis “Pengukuran dalam Pendidikan hanyalah sekedar penentuan derajat yang dipunyai oleh seseorang mengenai suatu ciri tertentu”. Pengukuran ialah penentuan kedudukan, evaluasi adalah penentuan nilai menurut Popham terdapat perbedaan antara evaluasi dengan pengukuran.
Walaupun tidak selalu perlu tapi kegiatan evaluasi melengkapi kegiatan pengukuran, artinya jika seseorang guru baru melakukan pemberian angka kepada siswa maka guru tersebut baru melakukan kegiatan pengukuran dan belum kegiatan evaluasi. Jika guru tersebut kemudian memberikan arti lebih lanjut terhadap angka yang diberikan dalam arti harga dari angka tersebut barulah guru tersebut melakukan pekerjaan evaluasi secara lengkap.
Ø  Istilah Tes
Ada istilah dilahirkan oleh pendekatan pengukuran dalam studi evaluasi pengukuran lebih tua usianya dari evaluasi. Ia ada sewaktu dunia pendidikan mendapat pengaruh yang kuat dari psikologi terutama dari aliran psikomotorik. Psikologi ini adalah penjelasan dari pengaruh positivisme dalam ilmu sosial. Aliran positivisme dalam ilmu sosial dipelopori oleh Comte bapak sosioloi, tes yang digunakan sebetulnya adalah alat untuk menjaring data yang diinginkan.
Menurut Mehrons dan Lehman (1978) dalam buku berjudul “Measurment and Evaluation in Education and Psychology”, tes adalah menyatakan pemberian suatu daftar pertanyaan yang standar untuk dijawab. Evaluasi merupakan lingkaran yang paling besar menaungi lingkaran pengukuran dan tes. Pengukuran adalah lingkaran ke dua yang menaungi tes yang merupakan lingkaran terdalam.
B.     Evaluasi dan Pencapaian Tujuan Pembelajaran IPS
1.      Identifikasi Tujuan
Identifikasi tujuan adalah kegiatan yang dilakukan untuk dapat menentukan man yang dimaksud dengan tujuan dan mana yang bukan.
Tujuan pendidikan nasional merupakan tujuan dari setiap pendidikan di Indonesia, maka setiap tujuan pendidikan yang lebih rendah harus mengacu kepada tujuna pendidikan nasional tersebut.
Tujuan pendidikan nasional dijabarkan menjadi tujuan pendidikan yang lebih rendah tingkatannya dan lebih kecil ruang lingkupnya yang dinamakan tujuan institusional. Tujuan institusional dijadikan landasan bagi pengembangan  kurikulum untuk mengembangkan tujuan yang lebih rendah lagi tingkatannya dan lebi spesifik ruang lingkupnya, yaitu :
a.       Tujuan kurikuler
Tujuan kurikuler adalah tujuan yang hendah dicapai oleh program kurikulum tertentu. Tujuan kurikuler mempunyai tiga aspek utama yaitu aspek perilaku, aspek isi dan aspek peserta didik.
b.      Tujuan instruksional umum (TIU)
Tujuan instruksional umum merupakan tujuan yang hendak dicapai dari suatu pokok bahasan tertentu. Tujuan instruksional dikatakan umum karena pokok bahasan yang mejadi beban dalam tujuan ini masih bersifat umum dan belum siap untuk keperluan kegiatan pengajaran di kelas. Aspek isi TIU ruang lingkupnya lebih kecil dari aspek isi tujuan kurikuler. Aspek isi TIU melahirkan pokok bahasan yang materi bahasannya masih sangat luas dan harus diuraikan lebih lanjut untuk kegiatan belajar mengajar.
c.       Tujuan instruksional khusus
Tujuan instruksional khusus (TIK) merupakan tingkatan tujuan yang terendah dalam urutan heirarki tujuan.
1)      Tujuan ini langsung berhubungan dengan tujuan yang hendak dicapai oleh suatu kegiatan belajar mengajar
2)      Tujuan ini adalah tujuan yang langsung diukur oleh suatu kegiatan evaluasi
3)      Tujuan ini merupakan tujuan yang dijadikan landasan untuk dapat menentukan apakah tujuan di atasnya telah tercapai atau tidak
4)      Tujuan ini adalah yang harus dikembangkan oleh guru untuk kegiatan yang akan dikembangkannya.
Keempat alasan tersebut memberikan kedudukan yang istimewa bagi TIK dilihat dai evaluasi. Apabila rumusan TIK dilakukan secara tepat kegiatan evaluasi menjadi lebih mudah.
Tujuan instruksional khusus juga memiliki aspek siswa, perilaku dan isi dalam rumusannya. Aspek isi TIK dikembangkan dari aspek isi tujuan instruksional umum dan pernyataan isi yang tercantum dalam pokok bahasan (GBPP).
Aspek perilaku untuk TIK harus memperhatikan persyaratan pada taksonomi tujuan pendidikan. Untuk IPS persyaratannya yang utama pada tujuan ranah kognitif yaitu :
§  Bahwa karakteristik setiap jenjang kognitif dan perbedaan yang ada diantara setiap jenjang tersebut betul-betul perlu dipahami
§  Penggunaan kata kerja yang terukur dan operasional
§  Suatu rumusan TIK ialah bahasa yang digunakan hendaknya bahasa yang sederhana dan tidak mengandung berbagai penafsiran.

2.      Hubungan Tujuan Instruksional Khusus dengan Soal
Soal yang dibuat untuk keperluan evaluasi belajar sangat berhubungan erat dengan instruksional khusus yang dikembangkan. Artinya evaluasi langsung menentukan apakah TIK yang kita kembangkan telah tercapai atau tidak.
C.    Bentuk-Bentuk Evaluasi dalam Pengajaran IPS
1.      Tes Bentuk Isian
1)      Wujudnya
Terdapat kekosongan dalam butir soal perlu diisi. Siswa diminta mencari sendiri bagian yang dapat melengkapi kekosongan itu.
2)      Ragamnya (jenisnya)
a.       Isian dan melengkapi
Ragam ini mempunyai ciri-ciri antara lain :
§  Berupa pertanyaan tak lengkap
§  Adanya ruangan / tempat untuk mengisi pertanyaan itu
b.      Pertanyaan
Ragam ini diakhiri dengan tanda tanya, siswa diminta menuliskan jawabanny dalam ruang yang tersedia secukupnya.
c.       Identifikasi atau asosiasi
Ragam ini menghendaki jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diberikan dengan selalu menghubungkan dengan pertanyaan pokok.
3)      Keberatan terhadap bentuk isian
a.       Sukar membuat soal yang mampu mengukur jenjang kemampuan yang lebih tinggi dari pengingatan
b.      Jawabannya sukar dipastikan sebagai satu-satunya jawaban, dengan demikian kunci jawabannya pun sangat sukar ditentukan
c.       Skornya memakan waktu lama
d.      Skornya kurang terandalkan
e.       Faktor subjektivitas iktu berpengaruh dalam penilaian, jadi tidak objektif lagi.

2.      Bentuk Pilihan Alternatif
Bentuk pilihan alternatif ditandai butiran soal yang diikuti oleh dua penilaian, dan siswa diminta memilih salah satu dari padanya yang merupakan penilaian sendiri.
Beberapa ragam pilihan aternatif.
a.       Ragam benar – salah
Ragam ini berupa pernyataan yang akan dinilai sebagai “benar” atau “salah”.
b.      Ragam betul – salah
Ragam ini terdiri dari sebuah kalimat, perhitungan atau ungkapan lain yang harus dinilai betul atau salah, tergantung pada tepat tidaknya tulisannya atau tata bahasanya.
c.       Ragam ya – tidak
Ragam ini terdiri dari pertanyaan langsung yang harus dijawab dengan ya atau tidak. Bentuk ini mempunyai kesamaan dengan bentuk Benar – Salah.
Perbedaannya hanya terletak pada jawabannya yaitu pada ragam Benar – Salah, jawabannya adalah Benar atau Salah, sedangkan ragam ini jawabannya adalah Ya atau Tidak.
d.      Ragam kelompok
Ragam ini terdiri dari satu item yang tidak lengkap dengan beberapa isian sebagai pelengkap, yang masing-masingnya harus isian sebagai pelengkap, yang masing-masingnya harus dinilai benar atau salah.
e.       Ragam pembetulan
Dalam ragam ini siswa diminta untuk membetulkan setiap kesalahan dalam soal-soal dengan jalan mengganti bagian yang digaris bawah dengan yang benar.
3.      Bentuk Menjodokan
Terdiri dari serangkaian premis, serangkaian jawaban, dan petunjuk menjodohkan premis dengan jawaban-jawaban tersebut.
a.       Wujudnya
Terdiri dari serangkaian premis, serangkaian jawaban, dan petunjuk menjodohkan premis dengan jawaban-jawaban tersebut 
b.      Sistem penomoran
Tergantung pada sistem menjawab yaitu :
-        Di lembar jawaban atau
-        Langsung dalam buku soal
Apabila item “di lembar jawaban” yang dipakai maka baik premis maupun jawaban diberi nomor atau tanda yang membedakan premis yang diberi nomor sedangkan jawaban tidak. Di depan jawaban ada ruang untuk menuliskan nomor jodohnya.
c.       Sistem penjodohan
Ada dua sistem yaitu :
-        Penjodohan sempurna
-        Penjodohan tidak sempurna
Dalam sistem penjodohan sempurna, tiap satu butir dalam premis memiliki satu jawaban sebagai jodohnya. Sedangkan dalam sistem penjodohan tidak sempurna terdapat dua atau lebih butir dalam premis yang bersama mempunyai satu pasangan (jodoh).
4.      Pilihan Ganda
a)      Wujud tes pilihan ganda
Tes pilihan ganda terdiri dari :
1.      Item atau pokok soal
Berbentuk : a. Pertanyaan pengantar
                     b. Pernyataan tak lengkap
2.      Jawaban-jawaban
Berbentuk : a. jawaban yang diusulkan
                     b. Pengisian / pelengkap pernyataan
Jawaban terdiri dari :
a.       Kunci, yaitu jawaban atau jawaban-jawaban yang benar, dan
b.      Distractor atau pengecoh, yaitu jawaban yang tidak benar atau yang menyesatkan
Kunci dan distractor option.
Dengan bentuk pilihan ganda :
a.       Aspek yang lebih tinggi dapat diukur
b.      Kemungkinan benar karena tebakan lebih kecil
c.       Ragam variasi / bentuk dapat dibuat banyak
d.      Jawaban tidak harus mutlak benar, tetapi dapat berupa yang paling benar atau dapat pula mengandung beberapa jawaban yang memang benar semuanya.
b)      Beberapa kritik terhadap bentuk tes objektif pilihan ganda dan b-S
1.      Ragam jawaban yang benar
Salah satu dari kemungkinan itu mutlak benar, sementara yang lainnya mutlak salah.
2.      Ragam jawaban yang paling benar (palin baik)
Kemungkinan jawabannya benar dengan tingkat kebenaran yang berbeda. Yang paling tinggi tingkat kebenaranya itulah yang paling benar.
3.      Ragam banyak jawaban
Soal memiliki beberapa jawaban yang benar.
4.      Ragam pernyataan tak lengkap (melengkapi pernyataan)
Ragam ini sering digunakan,dibandingkan bentuk pertanyaan.
5.      Ragam negatif (perkecualian)
Ragam ini biasanya dipakai untuk bahan-bahan yang jawaban benarnya ada beberapa yang sama bobotnya, maka jawaban yang nampak “distractor” justru menjadi kunci dalam soal itu. Jawaban itu dapat berupa “yang salah sama sekali” atau yang benar tapi dengan bobot yang sangat kurang dibanding dengan yang lainnya.
6.      Ragam jawaban terpadu
Ragam ini sama dengan ragam no.3, apabila menggunakan metode penilaian (skoring) satu soal satu nilai.
A.    Jika nomor 1,2,3 benar
B.     Jika nomor 1 dan 3 benar
C.     Jika hanya nomor 4 yang benar
D.    Jika semuanya benar
Ragam ini mempunyai beberapa versi :
a.  Bentuk urutan, misalnya :
- Urutan kronologis suatu peristiwa
- Urutan rank
- Urutan berat jenis zat dan sebagainya 
b.  Bentuk organisasi bagian
Biasanya terdapat pada bahasan, yakni mengatur urutan kalimat menjadi satu keseluruhan  yang logis. Pada bentuk ini nampak kekurangan dalam pemberian nilai karena hanya satu nilai untuk tiap soal.
Menurut wujud soalnya :
a). Bentuk melengkapi X pilihan
Pernyataan dalam pokok soal tidak lengkap. Untuk melengkapinya disediakan beberapa kemungkinan bagian.
b). Bentuk analisis hubungan antar – hal
Pokok soal terdiri dari dua pernyataan yang terlebih dahulu harus dinilai betul atau salah. Kalau ternyata keduanya batul, barulah diteliti dan tidaknya hubungan sebab – akibat di dalamnya.
c). Bentuk melengkapi ganda
Pertanyaan dalam bentuk ini tidak lengkap. Kelengkapannya  memiliki beberapa unsur yang penempatannya terpisah menurut peraturan/ketentuan  yan telah ditetapkan sebelumnya.
d). Bentuk pemakaian, gambar dan grafik
Pokok soal terdiri dari diagram, gambar atau grafik yang dijabarkan beberapa soal. Jawaban soal-soal tersebut harus dicari dalam diagram, gambar atau grafik itu.
e). Analisis data
Pokok soal berupa suatu masalah (kasus) yang ingin dicarikan penyelesaiannya /jawabannya. 

DAFTAR PUSTAKA

Ischak. S.U, dkk. 2003. Pendidikan IPS di SD. Jakarta : Universitas Terbuka.
Nursobah, Ahmad. 2012.  Kedudukan Evaluasi dalam Pembelajaran  IPShttp://cobah-ajah.blogspot.com. diakses pada Senin, 8 April  2013 pukul 10.00 WIB.
Phierquinn. 2012.  Penilaian  (evaluasi) dalam  pembelajaran di SD. http://phierda.wordpress.com. Diakses pada Senin, 8 April 2013 pukul 10.18 WIB.
Sardjiyo, dkk. 2008. Pendidikan IPS di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.



2 comments: