A. Kedudukan Evaluasi dalam
Pembelajaran IPS
Kegiatan
sistematik belum berusia satu abad penih ketika usaha tersebut pertama kali
dilakukan oleh “rice” akhir
abad 19 Tayler yang pada mulanya masih menggunakan istilah pengukuran
(measurement) diganti evaluasi. Sejak itu evaluasi menguasai buku teks-teks
pendidikan.
Bagi Tayler
(1949), Cronbach (1963), Tayler dan Mugure (1966), Scriven (1967) dan Stake
(1967) evaluasi adalah suatu kegiatan untuk menentukan nilai suatu program.
Menurut Stake, evaluasi adalah pengkajian terhadap nilai setiap program pengajaran,
pengkajian tersebut sangat tergantung dari nilai langsung tes yang obyektif dan
atas pertimbangan yang subjektif.
Menurut Bloom
dan kawan-kawan dalam buku yang terkenal yaitu handbook onformative and
summative evaluation of student learning yang khusus membicarakan evaluasi
hasil belajar. Evaluasi adalah pengumpulan bukti-bukti yang cukup untuk
dijadikan dasar dalam menetapkan ada atau tidak perubahan-perubahan dan tingkat
perubahan yang terjadi pada diri anak didik. Dari penjelasan di atas disimpulkan
bahwa evaluasi adalah suatu kegiatan pengumpulan data mengenai belajar yang
dilakukan secara sistematis dan menurut prosedur tertentu untuk dapat
memberikan arti mengenai berbagai aspek belajar yaitu aspek perolehan dalam
belajar.
Istilah
Pengukuran
Menurut Popham
(1975) dalam buku educationa / evaluation hal. 9 dari buku itu dia menulis
“Pengukuran dalam Pendidikan hanyalah sekedar penentuan derajat yang dipunyai
oleh seseorang mengenai suatu ciri tertentu”. Pengukuran ialah penentuan
kedudukan, evaluasi adalah penentuan nilai menurut Popham terdapat perbedaan
antara evaluasi dengan pengukuran.
Walaupun tidak
selalu perlu tapi kegiatan evaluasi melengkapi kegiatan pengukuran, artinya
jika seseorang guru baru melakukan pemberian angka kepada siswa maka guru
tersebut baru melakukan kegiatan pengukuran dan belum kegiatan evaluasi. Jika
guru tersebut kemudian memberikan arti lebih lanjut terhadap angka yang
diberikan dalam arti harga dari angka tersebut barulah guru tersebut melakukan
pekerjaan evaluasi secara lengkap.
Ø Istilah Tes
Ada istilah
dilahirkan oleh pendekatan pengukuran dalam studi evaluasi pengukuran lebih tua
usianya dari evaluasi. Ia ada sewaktu dunia pendidikan mendapat pengaruh yang
kuat dari psikologi terutama dari aliran psikomotorik. Psikologi ini adalah
penjelasan dari pengaruh positivisme dalam ilmu sosial. Aliran positivisme
dalam ilmu sosial dipelopori oleh Comte bapak sosioloi, tes yang digunakan
sebetulnya adalah alat untuk menjaring data yang diinginkan.
Menurut Mehrons
dan Lehman (1978) dalam buku berjudul “Measurment and Evaluation in Education
and Psychology”, tes adalah menyatakan pemberian suatu daftar pertanyaan yang
standar untuk dijawab. Evaluasi merupakan lingkaran yang paling besar menaungi
lingkaran pengukuran dan tes. Pengukuran adalah lingkaran ke dua yang menaungi
tes yang merupakan lingkaran terdalam.
B. Evaluasi dan Pencapaian Tujuan
Pembelajaran IPS
1. Identifikasi Tujuan
Identifikasi
tujuan adalah kegiatan yang dilakukan untuk dapat menentukan man yang dimaksud
dengan tujuan dan mana yang bukan.
Tujuan
pendidikan nasional merupakan tujuan dari setiap pendidikan di Indonesia, maka
setiap tujuan pendidikan yang lebih rendah harus mengacu kepada tujuna
pendidikan nasional tersebut.
Tujuan
pendidikan nasional dijabarkan menjadi tujuan pendidikan yang lebih rendah
tingkatannya dan lebih kecil ruang lingkupnya yang dinamakan tujuan
institusional. Tujuan institusional dijadikan landasan bagi pengembangan kurikulum untuk mengembangkan tujuan yang
lebih rendah lagi tingkatannya dan lebi spesifik ruang lingkupnya, yaitu :
a. Tujuan kurikuler
Tujuan
kurikuler adalah tujuan yang hendah dicapai oleh program kurikulum tertentu.
Tujuan kurikuler mempunyai tiga aspek utama yaitu aspek perilaku, aspek isi dan
aspek peserta didik.
b. Tujuan instruksional umum (TIU)
Tujuan
instruksional umum merupakan tujuan yang hendak dicapai dari suatu pokok
bahasan tertentu. Tujuan instruksional dikatakan umum karena pokok bahasan yang
mejadi beban dalam tujuan ini masih bersifat umum dan belum siap untuk keperluan
kegiatan pengajaran di kelas. Aspek isi TIU ruang lingkupnya lebih kecil dari
aspek isi tujuan kurikuler. Aspek isi TIU melahirkan pokok bahasan yang materi
bahasannya masih sangat luas dan harus diuraikan lebih lanjut untuk kegiatan
belajar mengajar.
c. Tujuan instruksional khusus
Tujuan
instruksional khusus (TIK) merupakan tingkatan tujuan yang terendah dalam
urutan heirarki tujuan.
1) Tujuan ini langsung berhubungan
dengan tujuan yang hendak dicapai oleh suatu kegiatan belajar mengajar
2) Tujuan ini adalah tujuan yang
langsung diukur oleh suatu kegiatan evaluasi
3) Tujuan ini merupakan tujuan yang
dijadikan landasan untuk dapat menentukan apakah tujuan di atasnya telah
tercapai atau tidak
4) Tujuan ini adalah yang harus
dikembangkan oleh guru untuk kegiatan yang akan dikembangkannya.
Keempat
alasan tersebut memberikan kedudukan yang istimewa bagi TIK dilihat dai
evaluasi. Apabila rumusan TIK dilakukan secara tepat kegiatan evaluasi menjadi
lebih mudah.
Tujuan
instruksional khusus juga memiliki aspek siswa, perilaku dan isi dalam
rumusannya. Aspek isi TIK dikembangkan dari aspek isi tujuan instruksional umum
dan pernyataan isi yang tercantum dalam pokok bahasan (GBPP).
Aspek
perilaku untuk TIK harus memperhatikan persyaratan pada taksonomi tujuan
pendidikan. Untuk IPS persyaratannya yang utama pada tujuan ranah kognitif
yaitu :
§ Bahwa karakteristik setiap jenjang
kognitif dan perbedaan yang ada diantara setiap jenjang tersebut betul-betul
perlu dipahami
§ Penggunaan kata kerja yang terukur
dan operasional
§ Suatu rumusan TIK ialah bahasa yang
digunakan hendaknya bahasa yang sederhana dan tidak mengandung berbagai
penafsiran.
2. Hubungan Tujuan Instruksional Khusus
dengan Soal
Soal
yang dibuat untuk keperluan evaluasi belajar sangat berhubungan erat dengan
instruksional khusus yang dikembangkan. Artinya evaluasi langsung menentukan
apakah TIK yang kita kembangkan telah tercapai atau tidak.
C. Bentuk-Bentuk Evaluasi dalam
Pengajaran IPS
1. Tes Bentuk Isian
1) Wujudnya
Terdapat kekosongan dalam butir soal perlu
diisi. Siswa diminta mencari sendiri bagian yang dapat melengkapi kekosongan
itu.
2) Ragamnya (jenisnya)
a. Isian dan melengkapi
Ragam ini mempunyai ciri-ciri antara lain :
§ Berupa pertanyaan tak lengkap
§ Adanya ruangan / tempat untuk
mengisi pertanyaan itu
b. Pertanyaan
Ragam ini diakhiri dengan tanda tanya, siswa
diminta menuliskan jawabanny dalam ruang yang tersedia secukupnya.
c. Identifikasi atau asosiasi
Ragam ini menghendaki jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan yang diberikan dengan selalu menghubungkan dengan
pertanyaan pokok.
3) Keberatan terhadap bentuk isian
a. Sukar membuat soal yang mampu
mengukur jenjang kemampuan yang lebih tinggi dari pengingatan
b. Jawabannya sukar dipastikan sebagai
satu-satunya jawaban, dengan demikian kunci jawabannya pun sangat sukar
ditentukan
c. Skornya memakan waktu lama
d. Skornya kurang terandalkan
e. Faktor subjektivitas iktu
berpengaruh dalam penilaian, jadi tidak objektif lagi.
2. Bentuk Pilihan Alternatif
Bentuk pilihan
alternatif ditandai butiran soal yang diikuti oleh dua penilaian, dan siswa
diminta memilih salah satu dari padanya yang merupakan penilaian sendiri.
Beberapa ragam pilihan aternatif.
a. Ragam benar – salah
Ragam ini berupa
pernyataan yang akan dinilai sebagai “benar” atau “salah”.
b. Ragam betul – salah
Ragam ini terdiri dari
sebuah kalimat, perhitungan atau ungkapan lain yang harus dinilai betul atau
salah, tergantung pada tepat tidaknya tulisannya atau tata bahasanya.
c. Ragam ya – tidak
Ragam ini terdiri dari
pertanyaan langsung yang harus dijawab dengan ya atau tidak. Bentuk ini
mempunyai kesamaan dengan bentuk Benar – Salah.
Perbedaannya hanya
terletak pada jawabannya yaitu pada ragam Benar – Salah, jawabannya adalah
Benar atau Salah, sedangkan ragam ini jawabannya adalah Ya atau Tidak.
d. Ragam kelompok
Ragam ini terdiri dari
satu item yang tidak lengkap dengan beberapa isian sebagai pelengkap, yang
masing-masingnya harus isian sebagai pelengkap, yang masing-masingnya harus
dinilai benar atau salah.
e. Ragam pembetulan
Dalam ragam ini siswa
diminta untuk membetulkan setiap kesalahan dalam soal-soal dengan jalan
mengganti bagian yang digaris bawah dengan yang benar.
3. Bentuk Menjodokan
Terdiri dari serangkaian premis,
serangkaian jawaban, dan petunjuk menjodohkan premis dengan jawaban-jawaban
tersebut.
a. Wujudnya
Terdiri dari serangkaian premis, serangkaian
jawaban, dan petunjuk menjodohkan premis dengan jawaban-jawaban tersebut
b. Sistem penomoran
Tergantung pada sistem menjawab yaitu :
-
Di
lembar jawaban atau
-
Langsung
dalam buku soal
Apabila item “di lembar
jawaban” yang dipakai maka baik premis maupun jawaban diberi nomor atau tanda
yang membedakan premis yang diberi nomor sedangkan jawaban tidak. Di depan
jawaban ada ruang untuk menuliskan nomor jodohnya.
c. Sistem penjodohan
Ada dua sistem yaitu :
-
Penjodohan
sempurna
-
Penjodohan
tidak sempurna
Dalam sistem penjodohan
sempurna, tiap satu butir dalam premis memiliki satu jawaban sebagai jodohnya.
Sedangkan dalam sistem penjodohan tidak sempurna terdapat dua atau lebih butir
dalam premis yang bersama mempunyai satu pasangan (jodoh).
4. Pilihan Ganda
a) Wujud tes pilihan ganda
Tes pilihan ganda terdiri dari :
1. Item atau pokok soal
Berbentuk : a. Pertanyaan pengantar
b.
Pernyataan tak lengkap
2. Jawaban-jawaban
Berbentuk : a. jawaban yang diusulkan
b.
Pengisian / pelengkap pernyataan
Jawaban terdiri dari :
a. Kunci, yaitu jawaban atau
jawaban-jawaban yang benar, dan
b. Distractor atau pengecoh, yaitu
jawaban yang tidak benar atau yang menyesatkan
Kunci dan distractor option.
Dengan bentuk pilihan ganda :
a. Aspek yang lebih tinggi dapat diukur
b. Kemungkinan benar karena tebakan
lebih kecil
c. Ragam variasi / bentuk dapat dibuat
banyak
d. Jawaban tidak harus mutlak benar,
tetapi dapat berupa yang paling benar atau dapat pula mengandung beberapa
jawaban yang memang benar semuanya.
b) Beberapa kritik terhadap bentuk tes
objektif pilihan ganda dan b-S
1. Ragam jawaban yang benar
Salah satu dari
kemungkinan itu mutlak benar, sementara yang lainnya mutlak salah.
2. Ragam jawaban yang paling benar
(palin baik)
Kemungkinan jawabannya
benar dengan tingkat kebenaran yang berbeda. Yang paling tinggi tingkat
kebenaranya itulah yang paling benar.
3. Ragam banyak jawaban
Soal memiliki beberapa jawaban yang benar.
4. Ragam pernyataan tak lengkap
(melengkapi pernyataan)
Ragam ini sering digunakan,dibandingkan bentuk
pertanyaan.
5. Ragam negatif (perkecualian)
Ragam ini biasanya
dipakai untuk bahan-bahan yang jawaban benarnya ada beberapa yang sama
bobotnya, maka jawaban yang nampak “distractor” justru menjadi kunci dalam soal
itu. Jawaban itu dapat berupa “yang salah sama sekali” atau yang benar tapi
dengan bobot yang sangat kurang dibanding dengan yang lainnya.
6. Ragam jawaban terpadu
Ragam ini sama dengan
ragam no.3, apabila menggunakan metode penilaian (skoring) satu soal satu
nilai.
A. Jika nomor 1,2,3 benar
B. Jika nomor 1 dan 3 benar
C. Jika hanya nomor 4 yang benar
D. Jika semuanya benar
Ragam ini mempunyai beberapa versi :
a.
Bentuk urutan, misalnya :
- Urutan kronologis suatu peristiwa
- Urutan rank
- Urutan berat jenis zat dan sebagainya
b. Bentuk organisasi bagian
Biasanya terdapat pada
bahasan, yakni mengatur urutan kalimat menjadi satu keseluruhan yang logis. Pada bentuk ini nampak kekurangan
dalam pemberian nilai karena hanya satu nilai untuk tiap soal.
Menurut wujud soalnya :
a). Bentuk melengkapi X pilihan
Pernyataan dalam pokok
soal tidak lengkap. Untuk melengkapinya disediakan beberapa kemungkinan bagian.
b). Bentuk analisis hubungan antar – hal
Pokok soal terdiri dari dua
pernyataan yang terlebih dahulu harus dinilai betul atau salah. Kalau ternyata
keduanya batul, barulah diteliti dan tidaknya hubungan sebab – akibat di
dalamnya.
c). Bentuk melengkapi ganda
Pertanyaan dalam bentuk ini tidak
lengkap. Kelengkapannya memiliki
beberapa unsur yang penempatannya terpisah menurut peraturan/ketentuan yan telah ditetapkan sebelumnya.
d). Bentuk pemakaian, gambar dan grafik
Pokok soal terdiri dari diagram,
gambar atau grafik yang dijabarkan beberapa soal. Jawaban soal-soal tersebut
harus dicari dalam diagram, gambar atau grafik itu.
e). Analisis data
Pokok soal berupa suatu masalah
(kasus) yang ingin dicarikan penyelesaiannya /jawabannya.
DAFTAR PUSTAKA
Ischak. S.U, dkk.
2003. Pendidikan IPS di SD. Jakarta :
Universitas Terbuka.
Nursobah, Ahmad. 2012. Kedudukan
Evaluasi dalam Pembelajaran IPS. http://cobah-ajah.blogspot.com. diakses pada Senin, 8 April 2013
pukul 10.00 WIB.
Phierquinn. 2012. Penilaian
(evaluasi) dalam pembelajaran di
SD. http://phierda.wordpress.com. Diakses pada Senin, 8 April 2013 pukul 10.18
WIB.
Sardjiyo, dkk.
2008. Pendidikan IPS di SD. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Thank U sooo Muccch.....
ReplyDeleteya, sama-sama :)
Delete